Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy.
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy. Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kebijakan Publik, Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung

Man Jadda Wa Jadda: Siapa Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil## **Alloh Akan Membukakan Pintu Terindah Untuk Hambanya yang Sabar, Meskipun Semua Orang Menutupnya**.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Optimisme dan Pesimisme dalam Menghadapi Covid-19

25 April 2020   11:01 Diperbarui: 25 April 2020   11:55 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tulisan Eswar Prasad dan Ethan Wu, yang berjudul, "Anatomi Kehancuran Akibat Virus Corona (Apr 13, 2020) yang dimuat pada laman project-syndicate.org layak untuk dikomentari, karena menurutnya, perekonomian dunia berada di jurang krisis terburuk sejak Perang Dunia II. Aktivitas perekonomian, pasar keuangan, dan kepercayaan sektor swasta terjun bebas. 

Secara keseluruhan, dampak buruk virus corona terhadap perekonomian dan keuangan bisa meninggalkan akibat yang berkepanjangan pada perekonomian global. Hal ini bergantung pada perkembangan pandemi dan bagaimana respons para pengambil kebijakan, apakah memadai untuk membendung dampak buruk pandemi ini sambil membangun kembali kepercayaan konsumen dan dunia usaha.

Eswar Prasad sebagai Professor di bidang Trade Policy pada the Dyson School of Applied Economics and Management, Cornell University, dan Brookings Institution berpandangan bahwa, jumlah permintaan telah turun drastis, telah terjadi gangguan ekstensif pada rantai pasok manufaktur, dan krisis keuangan sudah semakin dekat. Kali ini, tidak ada negara yang kebal, dan tidak ada negara yang bisa mengawali pemulihan dengan didorong oleh ekspor. 

Ambruknya perekonomian saat ini meningkatkan deflasi dan risiko keuangan di negara-negara maju, dan memberikan pukulan telak bagi negara-negara pengekspor komoditas. Selain itu, harga minyak turun lebih jauh dari yang diperkirakan. Perekonomian AS pada dasarnya telah terhenti, dengan sebagian besar sektor jasa tutup, aktivitas industri terganggu, dan pasar tenaga kerja yang sangat buruk menyebabkan gelombang pengangguran. 

Di Eropa dan Jepang, keduanya akan mengalami penurunan besar dalam produksi dan peningkatan pengangguran. Perekonomian Tiongkok dihadapkan pada masalah pengangguran yang menyebabkan tetap lemahnya permintaan dari dalam dan luar negeri, dan gelombang kedua penularan akan terus memberikan ancaman.

Mereka juga berpendapat bahwa, negara-negara berkembang memasuki periode yang sangat suram. Banyak dari negara-negara ini yang punya sistem kesehatan yang sudah usang, pusat-pusat kota yang padat penduduk, dan tingkat kemiskinan yang tinggi, sehingga mereka tidak punya banyak ruang untuk mengendalikan pandemi dan menghindari bencana ekonomi. 

Negara ini harus menghadapi keluarnya arus modal, depresiasi mata uang, dan turunnya permintaan ekspor. Beban utang yang sangat besar dan semakin sulit untuk dibayar. Pemerintah India terus menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi. Pemerintahan Brasil hanya dapat mempertahankan aktivitas perekonomian mereka dalam jangka pendek.

Jadi menurut mereka, kondisi tersebut harus berubah. Dunia sangat memerlukan langkah berbagi informasi yang jujur dan transparan dengan para pemimpin negara, dan langkah-langkah yang agresif untuk membendung pandemi ini, stimulus yang bersifat ekstensif untuk melakukan mitigasi dampak buruk terhadap perekonomian, dan dengan hati-hati melakukan kalibrasi strategi untuk memulai kembali aktivitas perekonomian segera setelah kondisi aman untuk melakukan hal tersebut.

Yang Penting Bisa Bertahan Hidup

Menaggapi hal itu, Menurut Prof. Dr. Muhadjir Effendi, M.Si.Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2020) berpendapat bahwa, "Ekonomi saat wabah Covid: yang penting bisa bertahan hidup". Begitu juga menurut Prof. Dr. Hotman M. Siahaan (2020) dalam menghadapi Virus Corona (Covid-19) serta dalam menanggapi pernyataan Muahdjir Effendi hanya berharap, "Mudah2an negeri kita bisa survive." 

Lain halnya menurut Prof. Dr. Ali Machsan Musa, M.Si, (2020) bahwa masyarakat harus dalam kondisi Survival of the fittest \(Kelangsungan hidup yang terkuat). Mengutif local wisdom, bilau juga mengatakan bahwa, "Urip sak madya wae. Sing penting urup nir saking reribet" (hidup yang sedang-sedang saja, yang penting hidup itu punya materi dan terhindar dari segala hambatan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun