Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy.
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy. Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kebijakan Publik, Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung

Man Jadda Wa Jadda: Siapa Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil## **Alloh Akan Membukakan Pintu Terindah Untuk Hambanya yang Sabar, Meskipun Semua Orang Menutupnya**.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mendongkrak Investasi di Tengah Wabah Corona

4 April 2020   08:35 Diperbarui: 4 April 2020   08:46 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pemerintah sebenarnya telah memberikan stimulus berupa tax deduction kepada swasta dan industri yang menjalankan Litbang. Bila swasta atau industri melakukan Litbang dengan nilai Rp 100 juta, maka tax perusahaan itu akan dipotong Rp300 juta. Hal itu dilakukan agar swasta mau melakukan Litbang, sehingga bisa naik peringkat Indonesia, bukan hanya menduduki peringkat ke-85. Tapi stimulus itu sama sekali tidak gigubris alias tidak laku.  

Kebijakan pembinaan inovasi daerah sebagai implementasi UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah khususnya pasal 389 yang menjelaskan bahwa pemerintah meningkatkan daya saing daerah dan perbaikan pelayanan publik melalui penilaian inovasi daerah. Pada tahun 2019, pemerintah daerah inovatif terbaik yaitu derah Banyuwangi. Jakarta? Masih kalah dong dibandingkan Banyuwangi? Padahal, Jakarta tidak menemui berbagai hambatan yang dirasakan daerah lain, baik hambatan anggaran, SDM, maupun waktu.

Langkah yang perlu dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan indek inovasi adalah mencari terobosan berbagai alternative inovasi di segala bidang termasuk bidang energy terbarukan. Dalam situasi seperti ini, dimana ya peran perguruan tinggi? Mereka harus hadir untuk membantu menemukan berbagai inovasi di segala bidang, termasuk renewable energy, mulai dari langit, bumi, hingga air.

Peningkatan Daya Saing

Sudah kukatakan di atas, kalau iklim investasi atau kemudahan berusaha membaik, maka energi untuk melakukan inovasi tentu akan meningkat. Multi player effect-nya tentu akan meningkatkan daya saing suatu negara. 

Andaikan kita baca Blog pribadi Ekonom Faisal Basri, beliau menjelaskan bahwa, indek daya saing global merupakan penanda komposit dari 103 indikator yang diklasifikasikan ke dalam 12 dimensi/pilar. Skor terendah Indonesia pada dimensi inovasi yang hanya mendapatkan skor 37,7 dari skor tertinggi 100. Tidak ada "seteng" (baca: setengah)

Kalau bacaan kita perluas dengan mengamati laporan global competitiveness Index (GCI) 2019 yang telah dirilis oleh World Economic Forum (WEF) 2019, posisi Indonesia itu alih-alih naik, e...malah turun menjadi posisi 50. Padahal 2018 Indonesia itu berada pada posisi 45. Dengan posisi  ke-50 itu, Indonesia tertinggal jauh dengan Singapura yang menempati posisi pertama, Malaysia urutan 27 dan Thailand urutan 40. Kalau mau tahu ya, Indonesia hanya unggung dengan di atas Vietnam yang berada pada posisi 60 dari 141 negara. 

Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana cara untuk mengerek peringkat itu, di tengah penyebaran virus corona yang semakin meluas? Satu-satunya jawaban yang paling urgent untuk dilakukan adalah meningkatkan stabilitas ekonomi makro. 

Mengapa demikian? Karena stabilitas ekonomi makro Indonesia saat ini ada pada urutan ke-54. Janganlah "mendongak' ke atas dengan melihat 10 negara dengan skor daya saing tertinggi yaitu Singapura, Amerika Serikat, Hong Kong, Belanda, Swiss,, Jepang, Jerman, Swedia, Inggris, dan Denmark. Peringkat ke-54 harus disyukuri, dengan tetap berusaha keras untuk menjaga stabilitas ekonomi makro di tengah gempuran wabah virus Corona. Semoga saja virus tersebut tidak terlalu berdampak negatif terhdap stabilitas ekonomi makro Indonesia. Semoga.

Ditulis oleh Dr. Basrowi, Pengamat kebijakan publik, Alumni S3 Ilmu Sosial UNAIR Surabaya dan S3 UPI YAI Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun