Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerindra, Prabowo, dan Pilpres (1)

17 April 2018   03:39 Diperbarui: 17 April 2018   04:21 4393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: tempo.co

Nama Prabowo Subianto dalam kancah politik nasional cukup berliku. Bahkan diawal membuat karir politiknya, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu tidaklah mudah. Dimulai ketika masuk pada Partai Golkar yang kemudian mengantarkannya sebagai calon presiden dengan metode konvensi pada tahun 2004 lalu.

Akan tetapi, sebagai politisi yang berkecimpun pada partai yang sangat besar semacam Golkar tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Prabowo mesti gigit jari. Meski masuk pada putaran terakhir, Prabowo mesti merelakan ambisinya karena dikalahkan oleh Wiranto.

Sebagai politisi yang mengawali karir dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), tentu Prabowo tidak akan mudah menyerah. Sebab kupikir pantang menyerah bagi seorang yang lahir dari ABRI itu tidak akan pernah bisa dibenarkan dalam hal dan situasi apapun.

Oleh karena itu, wajar ketika Prabowo mulai berinisiatif untuk membentuk partai politik untuk mencapai ambisi dan cita-citanya untuk mengabdi kepada negara ini. Sehingga, pada Mei 2008 Prabowo gencar tampil di televisi dalam bentuk iklan layanan masyarakat yang disponsori Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Pada tahun yang sama, muncullah nama Gerindra dipermukaan politik nasional, yang hingga kini tetap eksis. Setahun kemudian, untuk pertama kalinya Gerindra ambil bagian dalam kontestasi politik yakni Pemilihan Legislatif (Pileg) yang berlangsung tahun 2009 lalu.

Hasilnya pun cukup memuaskan, perolehan suara Gerindra mencapai 4.646.406 atau sekitar 4,46 persen dengan 26 kursi pada DPR RI. Sebagai partai baru, tentu perolehan itu adalah hal yang cukup positif. Sebab mampu bersaing dengan partai yang sudah lama seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan partai lainnya.

Setelah meraih suara yang positif di Pileg, Gerindra kemudian berinisiatif untuk mengusung Prabowo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Kupikir, misi tersebut cukuplah sulit untuk diwujudkan. Akan tetapi, lagi-lagi politik kadang tidak realistis sebab kerealistisan politik itu adalah ketidakrealistisannya.

Bahwa betul misi tersebut tidak realisitis, akan tetapi ketika Gerindra mendorong Prabowo maju pada Pilpres maka itu secara tidak langsung meng-endors Gerindra. Ini terbukti dengan naiknya popularitas Gerindra dari Sabang sampai Merauke.

Prabowo yang berpasangan dengan Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Umum Megawati Soekarno Putri hanya mampu berada pada posisi kedua denga mendulang suara sebaganyak 32.548.105 atau berada sekitar 26,79% suara sah. Prabowo pun gagal untuk pertama kalinya di Pilpres.

Namun demikian, kegagalan Prabowo bukan menjadi hal yang mesti dipersoalkan oleh Gerindra. Sebab dengan majunya Prabowo dalam kontestasi politik terakbar tersebut membuat partai berlambang kepala burung Garuda itu semakin dikenal oleh rakyat. Kupikiri ini keuntungan yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Pasalnya, dengan elektabilitas Gerindra yang kian meroket membuatnya semakin pede dan menjajal politik secara nasional dan daerah. Saya mengambil sampel pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2013 lalu. Ketika itu, Gerindra mengusung Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra Sulsel, Rudiyanto Asapa yang semua orang tahu tidak akan mampu bersaing dengan calon incumbent Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun