Mohon tunggu...
Irham Bashori Hasba
Irham Bashori Hasba Mohon Tunggu... Lainnya - Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Irham Bashori Hasba adalah pegiat sosial masyarakat, suka ngamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Budaya (Mie Goreng), Salah Siapa?

25 Agustus 2017   08:23 Diperbarui: 25 Agustus 2017   08:43 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kita tentu sering menikmati mie goreng dengan segala kemasan dan penyajiannya, terlebih jika menyaksikan iklan di televisi dengan riasan dan polesan chef yang membuat perut dan pikiran kita untuk juga mencoba menikmatinya. Dalam konteks ini saya tidak ingin mengajak pembaca berimajinasi dan bahkan mengajak menikmatinya. Saya hanya ingin mengajak pembaca untuk sedikit merefleksikan mie goreng sebagai sebuah hiperbolis dari perilaku hidup yang serba instan. Tanpa disadari, budaya instan telah menjadi sebuah tren baru dalam masyarakat kita, bahkan kita dapat mengambil manfaat besar dan mengefisienkan waktu dan tenaga dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang instan tersebut, namun baikkah hal tersebut untuk kita dalam jangka panjang?

Hampir semua aktivitas keseharian kita banyak dilakukan dengan cara-cara instan. Ketika ingin makan, dari pada ribet, cukuplah kita beli makanan di warung dan jika tidak ingin keluar, tinggal ambil handpone dan pesan makanan dan minta diantarkan. Ingin ke kampus atau ke tempat kerja dengan mudah, tinggal order transportasi online, jemputan datang selesai persoalan. Ingin membaca, mencari referensi dan informasi, tak perlu repot-repot membeli buku dan surat kabar, cukup mengambil smartphone dan semua tersedia ditangan dan beres. Bahkan tak jarang budaya copy-paste pelajar dan mahasiswa yang mengerjakan tugas menjadi kebiasaan yang banyak ditemukan. Fenomena diatas menunjukkan bahwa banyaknya kemanfaatan dan kemudahan yang  timbul dari budaya instan mampu menggeser dan bahkan menghilangkan arti sebuah proses sehingga kita cenderung malas dan mudah tergantung pada pihak tertentu. Lantas siapa yang salah?

Hukum Proses

Max H Bazerman, seorang professor dari Harvard Business School, menganalisa problem instanisme ini dalam konteks keuangan dengan gagasan Smart Money Decisions(keputusan penggunaan uang secara cerdas). Menurut Bazerman, kesalahan sistematis yang cenderung dilakukan seseorang adalah dilupakannya "proses" untuk mendapatkan sesuatu karena "ingin mendapatkan sesuatu dengan cepat dan mudah". Hukum proses dalam setiap sisi kehidupan manusia sebenarnya akan membentuk mereka menjadi lebih siap, lebih menghargai dan lebih dewasa dalam menyikapi segala sesuatu sehingga pola pikir bahwa hidup tidak hanya untuk sekarang, namun hidup untuk sekarang dan esok jika disadari dengan baik akan merubah mentalitas instan seseorang.

Kualitas Hasil

Instanisme juga sangat menentukan kualitas hasil dari prinsip proses hidup seseorang. Prinsip instan seringkali akan menghasilkan dampak negatif dalam jangka panjang. Konsekuensinya, hasil dari sebuah proses instan akan terasa hari itu juga dan tidak memiliki sifat berkepanjangan. Sebuah aktivitas interaktif seseorang yang lebih mengedepankan proses cenderung akan memberikan dampak pada kualitas hasilnya. Tentu kualitas hasil yang kita lakukan akan berbeda kan antara antara yang instan dengan yang melalui proses?

Budaya instan yang sudah hampir akut menjalari setiap kehidupan kita tentu harus dibenahi dengan bijak. Tak ada siapapun dan pihak manapun yang dapat dijadikan kambing hitam untuk disalahkan karena hal tersebut. Budaya instan merupakan perilaku yang kita hasilkan sendiri dan hanya kita sendiri yang mampu mengatasinya dan menjadikannya lebih baik. Pengutamaan proses dan lebih mengedepankan kualitas hasil yang berjangka panjang dari pada menikmati hasil yang sesaat dan akan habis ketika itu juga. 

Sudah saatnya kita meng-imunisasi diri kita bersama-sama dengan mengedepankan perilaku yang berorientasi jangka panjang dan menghargai prosesnya sehingga kita tak mewarisi generasi setelah kita dengan hal instan dan alay-isme yang pasti akan mencabut akar kemandirian dan sikap tidak tergantung pada selain diri kita sendiri dengan selalu sadar dan mengasah local genuine dari potensi yang ada dalam diri kita sendiri. Semoga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun