Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyorot Pendidikan dan Kesehatan Generasi Muda

17 Oktober 2018   14:02 Diperbarui: 17 Oktober 2018   15:25 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemuda tidak terlepas dari gerakan perjuangan kemerdekaan bangsa. Mereka selalu berperan di setiap masa perubahan dan pergantian rezim kekuasaan. Meski zaman perjuangan kemerdekaan sudah berakhir, peran pemuda masih sangat dibutuhkan dalam mengisi pembangunan. Transformasi gerakan perubahan itu lebih ke bidang inovasi demi kemajuan bangsa.

Bagaimana potret generasi muda saat ini? bagaimana capaian pendidikan dan kesehatannya? Dua hal ini perlu diketahui untuk mengenali potensi yang dimiliki oleh pemuda Indonesia. Sebelum itu kita melihat terlebih dahulu definisi pemuda. Berdasarkan Undang-Undang no.40 tahun 2009, pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 hingga 30 tahun yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan.

Mengutip publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2017, sekitar 63,36 juta jiwa pemuda menghuni Indonesia pada tahun 2017. Rasio jenis kelamin sebesar 102,36, artinya terdapat 100 pemuda perempuan pada setiap 102 pemuda laki-laki. Lebih dari separuh pemuda (55,32 persen) tinggal  di Pulau Jawa.

Untuk mengenali potensi dan kualitas pemuda, indikator pendidikan dan kesehatan dapat dijadikan tolak ukur. Pada 2017, Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada kelompok umur 16-18 tahun sebesar 71,42 persen, 19-24 tahun sebesar 24,77 persen, dan usia 25-30 tahun sebesar 2,93 persen. Dari angka tersebut terlihat jelas bahwa semakin tinggi usia sekolah semakin rendah partisipasi sekolah.

Kualitas pendidikan pemuda juga dapat dilihat dari angka rata-rata lama sekolah yang tercatat sebesar 10,21 tahun, atau setara dengan kelas 1 pada jenjang Sekolah Menengah. Jika diilihat menurut wilayah, pemuda di perkotaan memiliki rata-rata lama sekolah yang lebih tinggi dibanding perdesaan.

Selain pendidikan, kondisi kesehatan pemuda juga mesti prima. indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kesehatan yakni angka kesakitan (keluhan kesehatan yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari) dan rata-rata lama sakit. Jika nilai kedua indikator ini semakin tinggi, maka kualitas kesehatan juga semakin memburuk. Perilaku merokok juga menjadi salah satu indikator yang memberikan gambaran tentang kualitas kesehatan pemuda.

Pada 2017, BPS mencatat angka kesakitan pemuda sebesar 8,11 persen, dan sekitar 18,53 persen pemuda mengalami keluhan kesehatan. Dari angka itu, dapat dikatakan bahwa dari 100 orang pemuda, 19 orang diantaranya mengalami keluhan kesehatan, dan 9 orang diantaranya menderita sakit dalam sebulan terakhir.

Data BPS juga menyebutkan sebanyak 62,31 persen pemuda menderita sakit selama 1-3 hari dan 28,97 persen mengalami sakit selama 4-7 hari. Angka ini mengindikasikan sebagian besar pemuda yang mengalami sakit tidak begitu parah sehingga proses penyembuhan tidak lama.

Sayangnya, kebiasaan merokok pemuda di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Data BPS hasil Survei sosial ekonomi nasional (Susenas) 2017 menyatakan sedikitnya 1 dari 4 pemuda di Indonesia merokok. Kondisi ini semakin mencemaskan jika dibiarkan begitu saja. Rokok dapat menyebabkan kesehatan terganggu karena terdapat kurang lebih empat ribu zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok.

Kondisi pendidikan dan kesehatan pemuda perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Dua indikator itu merupakan modal untuk mendapatkan pekerjaan layak. Data BPS hasil survei angkatan kerja nasional (Sakernas) 2017, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pemuda mencapai 59,86 persen. Angka itu bermakna bahwa lebih dari separuh pemuda terlibat dalam kegiatan ekonomi.

Menelisik lebih jauh, sebagian besar pemuda yang bekerja merupakan tamatan sekolah menengah (42,40 persen), sedangkan pemuda bekerja yang tamat perguruan tinggi hanya sebesar 14,30 persen. Dengan kata lain, sekitar 4 dari 10 pemuda bekerja telah menamatkan jenjang pendidikan sekolah menengah. Menurut gender, pemuda laki-laki yang bekerja jauh lebih banyak dibandingkan pemuda perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun