Mohon tunggu...
BASUKI TRI ANDAYANI
BASUKI TRI ANDAYANI Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Komunikasi

Praktisi Humas (Public Relations) salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan sejak November 2013. Pemegang sertifikat kompetensi : 1. Expert Public Relations (BNSP-2015), 2 Executive Public Relations (BNSP-2021). Peraih penghargaan : 1. Best Presenter PR Indonesia Award 2021, 2. Tokoh PR Berpengaruh 2021 versi MAW Talks, 3. Tokoh Pemimpin PR Berpengaruh 2021 Kategori Korporasi, 4. Top Ten Corporate Communications of The Year 2022 BCOMSS Awards Kementerian BUMN, 5. Indonesian Most Prominent PR Persons Award 2022 versi The Iconomics 6. Indonesian Top PR Leader Award 2022 versi Warta Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup adalah Kompetisi

14 April 2021   08:54 Diperbarui: 14 April 2021   09:53 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah kita berpikir bahwa hidup adalah kompetisi? Bahkan sejak proses penciptaan kita sebagai manusia?

Sebuah jurnal kesehatan menulis, setiap hari organ reproduksi seorang lagi-laki menghasilkan 75-150 juta sel spermatozoid. Sedangkan dalam setiap proses perkawinan terdapat sekitar 15 juta sel spermatozoid yang berkompetisi untuk membuahi satu sel telur. Ini berarti ketika terjadi pembuahan dalam proses perkawinan yang akhirnya menjadi cikal-bakal manusia, setiap insan telah mengalahkan 14.999.999 kompetitor sebagai pecundang.

Kompetisi tidak pernah berhenti. Setelah kita hidup sebagai manusia, kita terus berkompetisi dimana pun juga, di sekolah, perguruan tinggi, masyarakat dan dunia kerja. Anak-anak dan remaja berkompetisi untuk mendapatkan sekolah atau perguruan tinggi terbaik dengan prestasi terbaik pula. Pun demikian di dunia kerja semua karyawan dan unit kerja saling berlomba untuk menghasilkan kinerja terbaik.

Apakah ini salah? Tentu tidak. Seperti di awal tulisan, kita tercipta melalui proses kompetisi dan pemenanglah yang terpilih menjadi makhluk bernama manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fitrah kita adalah kompetisi dan takdir kita adalah sebagai pemenang.

Bagaimana agama memandang kompetisi? Dalam perspektif Islam, kita diwajibkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot). Ibadah puasa Ramadhan misalnya, didesain Allah SWT sebagai ajang kompetisi untuk memilih orang-orang yang paling bertakwa diantara orang-orang beriman. Puasa Ramadhan adalah salah satu arena untuk menentukan orang-orang yang paling mulia disisi-Nya (inna aqromakum 'indallohi atqokum).

Untuk memenangkan sebuah kompetisi tentu tidak mudah dan perlu kerja keras. Kita harus selalu melakukan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan. Kita harus berlatih untuk untuk meningkatkan keterampilan. Kita pun harus terus memperbaiki diri dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Pendek kata kita tidak boleh berhenti!

Seperti Sir Muhammad Iqbal penyair dan filsuf terkemuka Pakistan pernah menulis:

           Berhenti, tak ada tempat di jalan ini

           Sikap lamban berarti mati

           Mereka yang bergerak, merekalah yang maju kemuka

           Mereka yang menunda, sejenak sekalipun pasti tergilas

Jadi, kita harus terus bergerak, jangan pernah berhenti agar takdir kita sebagai pemenang tidak pernah terkhianati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun