Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Berperang Melawan Covid-19

29 Maret 2020   18:32 Diperbarui: 29 Maret 2020   19:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto:very Barus | foto:dokpri

      

Aku masih ingat betul ketika awal tahun 2020 kemaren, wabah Virus Korona yang terjadi di kota Wuhan, masih menjadi tontonan menarik di tv. Setiap kali pemberitaan tentang virus tersebut, aku berfikir kalau Virus tersebut hanya terjadi di negara China saja. 

Tidak akan menyebar ke negara-negara lain. Meski pada saat itu, korban terus berjatuhan namun,  lagi-lagi aku masih berpositif thinking kalau itu akibat ulah warganya yang suka memakan hewan-hewan yang bukan selayaknya untuk di makan.

Namun, aku semakin miris ketika wabah tersebut semakin mencekam. Hampir semua wilayah di Wuhan di tutup. Wuhan seperti kota mati. Ditambah lagi sempat beredar video di sosial media menggambarkan suasana mencekam kota Wuhan, serta teriakan seorang warga memberi semangat kepada warga lain," Wuhan, kamu bisaa!!!"

Sebulan kemudian, ternyata drama mencekam itu tidak juga surut malah makin merebak kemana-mana. Tidak hanya Wuhan, kota atau negara-negara lain pun mulai terkena imbasnya. 

Virus  ini begitu cepat menyebar kemana-mana. Berbagai pakar ilmiah dan kesehatan  mulai buka suara tentang wabah virus yang berasal dari hewan liar seperti kelelawar dan hewan melata lainnya. Pakar kesehatan pun menganjurkan untuk melakukan social distancing dan juga menggunakan masker setiap kali berpergian.

Akhirnya bulan februari, fenomena wabah virus Korona akhirnya nyampe juga ke Indonesia. Ketika dua orang warga Depok dinyatakan positif tertular virus Korona dari rekannya warga Jepang, ketika itu mereka menghadiri event Kasih Sayang sambil menggelar acara dansa. Kemudian, si warga Jepang yang tinggal di Malaysia mengabarkan dirinya positif Korona. 

Maka, orang-orang yang hadir di acara dansa tersebut mulai was-was. Terbukti, dua warga Depok yang turut andil diacara tersebut merasa tidak enak badan dan mulai memeriksakan dirinya ke dokter dan dinyatakan positif tertular virus Korona. Sejak saat itu Indonesia mulai heboh pemberitaan tentang Virus Korona. 

Hampir setiap hari ada saja pembahasan tentang virus Korona.  Tidak hanya di Indonesia, hampir di seluruh dunia pun merasakan hal yang sama. Warganya mulai panik. Mulai terjadi panic buying. Beberapa supermarket diserbu pembeli. Hand sanitizer dan tisu habis diserbu.

Awalnya pemerintah masih menganggap remeh dengan wabah Virus ini. merasa yakin kalau rakyat Indonesia bisa menangkal virus tersebut karena sering mengkonsumsi rempah rempah. dan merasa imun tubuh rakyat Indonesia kuat dan mampu menghadapi virus. Nyatanya, sikap anggap remeh tersebut berbuah petaka. jumlah korban semakin hari semakin bertambah. 

Sampai detik ini, aku masih bertanya-tanya, kenapa virus ini begitu luar biasa hebatnya. Dengan mudah dia menjangkit ke orang banyak? Meski segala teori tentang penularannya sudah aku tonton di tv hingga sosial media, namun, lagi-lagi aku masih bertanya-tanya, kenapa Virus ini begitu kejam.  Virus ini seolah tidak suka kita kita melakukan sosialisasi dengan orang-orang sekitar kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun