Mohon tunggu...
Bapagelap
Bapagelap Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://nuxid.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kedutaan di Yerusalem adalah Keputusan Politik Bukan Diplomatik

9 Desember 2017   07:11 Diperbarui: 9 Desember 2017   08:55 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://netudgaven.dk/2014/11

Bagi Donald Trump memicu kemarahan ras atau agama tertentu, khususnya Muslim adalah strategi politik, karena kemarahan tersebut akan membangkitkan aksi kekerasan dan menyebarkan ketakutan yang secara politik dapat dimanfaatkan olehnya, bahkan, jika memang benar-benar dibutuhkan, ia akan menciptakannya.

Pada masa kampanye presiden, Trump mengarang cerita mengenai Muslim di Jersey City yang merayakan peristiwa 9/11. February lalu, Trump kembali mengarang cerita serangan teroris di Swedia, dan minggu kemarin lagi-lagi Trump mengarang cerita mengenai serangan imigran Muslim kepada seorang anak yang lumpuh. Melihat kebiasaan buruk ini, sebagaimana yang ditulis oleh abc, senator Bob Corker berungkali menyebut Trump sebagai pembohong yang "merendahkan martabat negara."

Kemarin Trump melakukan hal yang lebih jauh dengan mengumumkan bahwa A.S mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, kali ini ia tidak sekedar mengarang, ia telah memprovokasi.

Konsulat A.S di Yerusalem mengeluarkan peringatan kepada warga negara A.S untuk tidak mengunjungi kota tua Yerusalem dan West Bank. Meskipun kekerasan mungkin tidak segera terjadi namun Departemen Luar Negeri A.S memerintahkan kedutaannya untuk berjaga-jaga, keputusan Trump berpotensi besar menimbulkan kericuhan karena warga Palestina akan semakin tenggelam dalam keputusasaan dan dendam akibat pudarnya harapan untuk kondisi yang lebih baik.

Namun kenapa Trump memperkeruh suasana dan memperdalam penderitaan rakyat Palestina? melihat konteks, apakah ada ibukota negara Palestina di Yerusalem Timur? atau apakah ada usaha untuk membuatnya? mendeklarasikan kedaulatan Israel di Yerusalem Barat tidak akan terlalu memicu kekacauan, namun tidak seperti para pendahulunya, Trump tidak pernah mengatakan bahwa ia akan mendukung munculnya negara Palestina. 

Selain itu, semenjak Trump berkuasa Netanyahu tidak pernah lagi berpura-pura mendukung berdirinya negara Palestina (sejujurnya ia memang tidak pernah mendukung), sementara kenyataannya sekitar 100.000 rakyat Palestina di Yerusalem Timur hidup dalam keterbatasan, terbelakang dan hak mereka diabaikan oleh Israel, yang akhirnya mempercepat pendudukan Yahudi di Yerusalem Timur. Mendirikan ibukota Palestina disana semakin lama semakin tidak memungkinkan.

Konteks inilah yang membuat warga Palestina di Yerusalem Timur dan West Bank meyakini bahwa Israel dan A.S berusaha melanggengkan penderitaan mereka, rasa frustasi ini akan cenderung berakhir pada kekerasan. 

Para pemimpin palestina berkewajiban untuk meredakan amarah masyarakat (yang sayangnya kurang mendapat liputan media), Presiden A.S juga memiliki tanggung jawab yang tak kalah penting agar tidak terjadi pertumpahan darah lebih banyak, para pendahulu Trump bahkan yang pro Israel sekalipun seperti George W. Bush paham sekali dengan hal ini, dan acapkali menunda kebijakan yang berhubungan dengan pemindahan ibukota Israel ke Yerusalem, sayangnya Trump tidak.

Sebagaimana pernyataan pendek yang disampaikan oleh Trump di White House.

"Saya telah memutuskan, inilah saatnya secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota dari Israel, sementara presiden sebelumnya menjadikan hal ini sebagai janji utama pada kampanye, mereka gagal mewujudkannya, hari ini , saya yang mewujudkan" tegas Trump.

Kenapa tidak? ada beberapa analisa sehubungan dengan hal ini, pertama, tim inti untuk kebijakan Israel-Palestina pemerintahan Trump yaitu Jared Kushner, Jason Greenblatt, dam David Friedman kurang berpengalaman dan tidak memiliki kedekatan dengan dunia Arab. Kedua, Kondisi politik A.S sepertinya juga memainkan peranan penting, sebagaimana headline di harian New York Time "Bagi Trump, kedutaan di Yerusalem adalah keputusan politik, bukan diplomatik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun