Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Bumi Manusia" dan Upayanya Merumuskan Konsep Pribadi Unggul

11 Juli 2018   00:58 Diperbarui: 12 Juli 2018   00:40 2910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah percakapannya dengan seorang gundik kaya, Minke tetiba teringat sebuah tulisan: 

Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, peradabanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput (halaman 165) 

Ya, pemahaman kita akan manusia dan setumpuk persoalannya tidak akan pernah paripurna. Itu juga yang menjadi inti cerita mendiang Pramoedya Ananta Toer dalam romannya yang terkenal: Bumi Manusia. 

Lewat tokoh utamanya, Minke, dan pertemuannya dengan para tokoh lainnya beserta karakternya masing-masing, Bumi Manusia mengajak kita mendalami pengetahuan mengenai manusia. 

Namun pergumulan kita dengan manusia dan aneka permasalahannya itu tidak sebatas celoteh atau ocehan yang tidak keruan. Bumi Manusia menawarkan konsep pribadi unggul yang semestinya melekat pada diri setiap orang, terutama mereka yang mengaku terpelajar. 

Adalah Minke, remaja kelahiran 31 Agustus 1880, yang menjadi petualang pencari konsep pribadi unggul itu. Siswa Hogere Burgerschool (H.B.S) Surabaya itu tidak pernah menyangka, pertemuannya dengan seorang gundik kaya sangat memengaruhi kelanjutan hidupnya. 

Berawal dari ajakan teman sekelasnya Robert Suurhof ke kediaman teman Belandanya di Wonokromo, Surabaya, cara pandang Minke lambat laun berkembang. Remaja 18 tahun itu tidak pernah menyangka akan mendapati pengalaman istimewa berkunjung ke sebuah rumah megah. 

Itulah kediaman Nyai Ontosoroh, seorang selir (dari pria Belanda) yang banyak dikagumi orang, berwajah rupawan, berusia tiga-puluhan, dan pengendali utama Boerderij Buitenzorg, sebuah perusahaan pertanian seluas 180 hektare. 

Memang kehadiran Minke di sana hanya mengantarkan Robert Suurhof yang mau bertemu anak sulung nyai, Robert Mellema. Tetapi tanpa diduga, anak kedua nyai, Annelies Mellema lebih suka berbincang dengan Minke ketimbang dengan Robert Suurhof yang sebenarnya menyukai Annelies. 

Dan rupanya, pertemuan dengan Annelies menjadi berkah tersendiri buat Minke. Impiannya bertemu dengan Ratu Belanda mulai tergantikan setelah menatap wajah Annelies yang memenuhi standar kecantikan Minke. 

Rumusannya cantiknya adalah letak dan bentuk tulang yang tepat, diikat oleh lapisan daging yang tepat pula, kulit yang halus-lembut, mata yang bersinar, dan bibir yang pandai berbisik. Itu semua ada pada diri Noni Belanda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun