Di bawah sengat matahari Stadion Sriwedari Solo yang membakar tanah dan tekad, Persika Karanganyar menorehkan kisah epik—paduan taktik cemerlang dan mental baja yang menggema hingga tribun. Dalam laga kedua babak delapan besar Liga 4 Indonesia, Kamis siang itu, pasukan 'Singo Lawu' berhasil menundukkan Pekanbaru FC dengan skor 2-1, kemenangan yang bukan hanya bermakna tiga poin—tetapi satu langkah megah menuju partai puncak.
Laga berlangsung dalam tempo sedang. Suhu yang menyengat membuat kedua kesebelasan bermain taktis dan mengatur tempo sebijak mungkin. Pekanbaru membuka babak pertama dengan pressing ketat dan aliran bola cepat, mencoba menembus garis pertahanan lawan melalui transisi mendadak dari lini tengah. Namun pemain asuhan Coach Slamet Riyadi menjawab dengan kesabaran dan koordinasi tinggi. Barisan belakang mereka tampil disiplin dalam tight marking, meminimalisir ruang gerak lawan dan mengurai ancaman sebelum menjelma peluang.
Hasilnya, paruh pertama berakhir tanpa gol. Skor kacamata menghantarkan kedua tim ke ruang ganti, namun bukan tanpa api. Justru, tensi pertandingan terasa memuncak—seolah-olah semua sedang menunggu satu ledakan besar di babak selanjutnya.
Memasuki babak kedua, Pekanbaru FC mencoba mengambil alih kendali. Mereka melangkah lebih agresif, menekan sejak awal lewat kombinasi umpan pendek dan pergerakan eksplosif dari sisi sayap. Namun dominasi itu tak serta-merta berbuah peluang. Lini belakang Persika yang solid ibarat tembok yang tak mudah retak—disiplin dalam zonal marking, kokoh dalam duel udara, dan cermat dalam setiap intercept. Serangan demi serangan lawan terurai sebelum sempat menjadi ancaman nyata. Sebuah tekanan yang tak menemukan muara.
Namun di menit ke-63, gempuran itu akhirnya menembus. Ali Muhammad Ichsan, penyerang gesit Pekanbaru, menerima umpan vertikal dari lini tengah. Dengan sentuhan pertama yang presisi dan pergerakan cerdas di kotak penalti, ia melepaskan tendangan keras ke pojok kanan atas gawang Persika yang dikawal kiper Aryandy. Skor berubah 0-1—Pekanbaru memimpin.
Rizqi Fauzano dan kolega tak gentar. Justru, gol itu membangkitkan mereka. Seperti singa yang terus merangkak naik dalam diam, mereka mengatur ulang tempo, memperlebar distribusi bola, dan menebar ancaman lewat switching play dari kanan ke kiri.
Tujuh menit berselang, momen magis tiba. Dari sisi kanan lapangan, bola dialirkan ke sektor kiri. Roy, yang luput dari penjagaan, melesat di ruang terbuka dan mengirimkan umpan silang ciamik ke jantung pertahanan lawan. Anam Jr—pemain bernomor punggung 11 yang masuk dari bangku cadangan—menyambutnya dengan tendangan keras ke arah gawang. Bola melesat seperti panah, tak mampu dibendung kiper Pekanbaru. Skor kembali imbang, dan Anam menorehkan gol kedelapannya di putaran nasional. Sebuah angka yang menegaskan statusnya sebagai lethal finisher.
Laga nyaris ditutup seri, namun takdir berkata lain. Menit ke-82, Rizky Sena, yang bergerak dari sektor kanan, melakukan cut-in dan melepaskan tembakan melengkung—a curling beauty—yang melintasi jangkauan jari kiper Pekanbaru. Bola mendarat di sudut jauh gawang dan menggetarkan jala. 2-1 untuk Persika.
Tambahan tiga poin membawa Persika Karanganyar memuncaki klasemen Grup B dengan koleksi 6 angka. Mereka kini hanya butuh hasil imbang di laga terakhir melawan Batavia FC, Sabtu (24/5), untuk memastikan tiket final.
Sementara itu, di laga lain Grup B, Sang Maestro FC menaklukkan Batavia dengan skor tipis 1-0. Kemenangan tersebut membawa wakil Jawa Timur naik ke posisi kedua dengan 3 poin, sejajar dengan Batavia yang harus rela turun ke peringkat ketiga. Pekanbaru FC, dengan dua kekalahan, harus menerima nasib terpuruk di dasar klasemen.
Dari lapangan Kota Barat, Solo, kabar kemenangan lain bergema. Tri Brata Raflesia FC menundukkan Persitara Jakarta Utara dengan skor telak 3-0. Hasil ini menempatkan wakil Bengkulu tersebut di puncak klasemen sementara Grup A dengan 4 poin. Persitara melorot ke posisi juru kunci, sementara Perseden Denpasar dan Persebata Lembata tetap di posisi tengah setelah berbagi angka 1-1.