Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Presiden dan Pembusukan

27 Maret 2018   20:57 Diperbarui: 27 Maret 2018   21:04 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Presiden adalah penguasa negara. Kebijakannya sangat berpengaruh pada peri kehidupan rakyat di negara itu. Jika presiden berlaku baik dan bijak, maka akan makmur sejahteralah rakyat. Jika presiden culas dan lebih membela kepentingan pribadi dan golongannya, maka alamatlah rakyat akan bertambah sengsara.

Jika presiden bersekongkol dengan para politisi dan pengusaha, tentulah rakyat akan menjadi sapi perah selama presiden itu berkuasa. 

Presiden yang perilakunya buruk tentulah harus diganti. Presiden yang mengingkari janji-janjinya saat berkampanye, haruslah diganti. Jika tidak diganti, niscaya kemelaratan rakyat dan kesusahan masyarakat akan bertambah parah. Karenanya, berhati-hatilah saat memilih presiden. Janganlah terpedaya dengan pencitraan semata. Lihatlah fakta yang sebenarnya. Gunakan logika.

Presiden yang jahat itu ibarat jamur patogen bagi tanaman. Tidak terlalu terlihat buruk tetapi bersifat menghancurkan dari dalam. Sebut saja jamur fusarium sp, jamur phytoptora, jamur erwinia, jamur ganoderma dan kambrat-kambratnya yang lain. Berturut-turut jamur-jamur itu menyebabkan penyakit layu pangkal batang, penyakit karat daun, penyakit busuk akar dan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman yang kita budidayakan.

Saat ini sudah banyak tersedia jenis-jenis anti jamur di toko pertanian. Ada yang bersifat kimia, ada juga yang bersifat biologis. Anti jamur atau fungisida kimia itu berdasarkan jangkauan kerjanya dibagi menjadi tiga jenis. Fungisida kontak, laminar dan sistemik. Fungisida kontak hanya melindungi dan mengobati bagian tanaman yang terkena larutan fungisida saat diterapkan. Ia tidak melindungi bagian tanaman yang lain. Adapun fungisida laminar, apabila diaplikasikan di atas lembar daun, maka ia juga akan melindungi bagian bawah daun. Sedangkan fungisida sistemik, mampu melindungi seluruh bagian tanaman saat sebagian besar bagian tanaman itu sudah terkena aplikasi. Misalnya kita menyemprotkan fungisida ke daun dan batang tanaman, maka bagian akarnya juga akan ikut terlindungi dan terobati. Hal ini terjadi karena fungisida sistemik dapat diserap oleh tanaman lalu ditranslokasikan ke bagian tanaman yang lain. 

Pada prakteknya, aplikasi fungisida kimia tetaplah menghasilkan residu beracun. Yang pada gilirannya akan menambah daftar timbunan zat pencemar lingkungan. Karena itu sekarang gencar digagas penggunaan fungisida biologi atau fungisida hayati. Azas kerjanya adalah memanfaatkan unsur hidup yang mampu mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). 

Adapun fungisida hayati, sebagian besar memanfaatkan jamur apatogen (tidak merugikan) untuk melawan jamur patogen. Jenis jamur apatogen yang paling sering dipakai sebagai bahan aktif fungisida biologi adalah jamur trichoderma dan jamur gliocladium.

Menurut penelitian para ahli pertanian, hifa atau benang akar jamur apatogen ini mampu membelit batang tubuh jamur patogen, lalu menghisap massa zat yang ada di dalam batang tubuh jamur patogen itu hingga mengering dan mati. 

Namun, menurut pengalaman penulis, aplikasi fungisida hayati ini akan lebih efektif jika dilakukan lebih dini. Pada tanaman muda semisal lada dan pepaya, aplikasi sebaiknya diterapkan pada waktu menanam ke kebun atau ke lapangan. Dengan demikian, tanaman akan menjadi terlindungi dari serangan ganas jamur patogen yang memang sudah menjadi momok merugikan bagi petani selama berabad-abad. 

Biasanya, produk fungisida hayati berbahan jamur apatogen ini dijual di pasaran dalam bentuk bubuk atau tepung yang berisi spora jamur trichoderma atau spora gliocladium. Adapun tepung atau bubuk itu adalah makanan bagi spora saat ia diaplikasikan ke lapangan. Artinya, dibutuhkan waktu beberapa masa agar spora jamur apatogen itu bertumbuh kembang, baru kemudian mampu memberikan perlindungan. 

Karenanya, jelaslah fungisida hayati ini kurang dianjurkan untuk dipakai sebagai obat bagi penyakit tanaman akibat jamur yang sudah memasuki stadium menengah, apalagi sudah stadium lanjut. Untuk penyakit stadium menengah, dapat dicoba aplikasi fungisida kimia berupa paduan antara fungisida kontak dan sistemik dengan interval aplikasi tiap tiga sampai dengan lima hari sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun