Mohon tunggu...
Komarudin Ibnu Mikam
Komarudin Ibnu Mikam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Sekolah Alam Prasasti Bekasi

Sekolah Alam Prasasti, ruang memuliakan dan membahagian manusia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pangsi vs Levis: Perang Budaya di Bidang Fesyen

10 Oktober 2016   07:25 Diperbarui: 10 Oktober 2016   07:54 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Fesyen adalah bagian dari Budaya. Melongok ideology seseorang lihatlah dari fesyen yang dikenakannya. 

Keberpihakan.

Tatanan psikologis dan warna pemikiran bisa dicerminkan dari fesyen.

Itulah argumen menjelaskan bagaimana maraknya celana jeans dipakai masyarakat. Bukan sekadar pakaian. Jeans itu simbolisasi dari penjajahan global atas budaya local. Terbenam di pemikiran khalayak bahwa memakai celana jeans seolah-olah well educated people (terdidik baik), skillful, modern dan lain sebagainya. Sebaliknya, memakai pakai tradisi kesannya norak, kampungan, gak modern, gak berpendidikan dan masih banyak stigma buruk lainnya. Singkatnya gak gua banget dah. Coba baca kisah celana jeans berikut ini : Celana jeans diciptakan Levi Strauss tahun 1880. Delapan tahun setelah jeans masuk ke Amerika Serikat (AS) tahun 1872.

Jeans Levis pertama kali dibuat di Genoa, Italia tahun 1560-an. Kain celana ini biasa dipakai oleh angkatan laut. Dan kemudian ngetop menjadi pakaian para coboy penggembala sapi. Tukang ngangon sapi. Orang Prancis menyebut celana ini dengan sebutan “bleu de Génes”, yang berarti biru Genoa. Meski tekstil ini pertama kali diproduksi dan dipakai di Eropa, tetapi sebagai fashion, jeans dipopulerkan di AS oleh Levi Strauss, seorang pemuda berusia dua puluh tahunan yang mengadu peruntungannya ke San Francisco sebagai pedagang pakaian. Ketika itu, AS sedang dilanda demam emas. Levi Strauss & Co. adalah produsen pakaian di Amerika Serikat yang berdiri pada tahun 1853 oleh Levi Strauss.

Perusahaan ini bersifat internasional dengan 3 divisi geografis yaitu: 1. Levi Strauss North Americas, bermarkas di San Francisco, 2. Levi Strauss Europe, dengan markas di Kota Brusel, 3. Levi Strauss Asia Pacific, markas di Singapura. Jumlah karyawan perusahaan Levi Strauss & Co. sampai saat ini telah mencapai sekitar 8.850 di seluruh dunia. Kini setelah lebih dari seratus tahun, jeans menampakan kedigdayaannya menjadi penguasa pasar baik anak muda maupun dewasa. Uniknya, ada segumpal rasa saat seorang anak muda pakai celana jeans. Lebih pede. Lebih hebat. Lebih ganteng. Lebih cantik. Walau pun hanya perasaan.

Namun, inilah keberhasilan dunia modern menancapkan pemikiran-pemikiran tertentu melalui iklan dan tayangan televisi lainnya. Sejatinya, ada kedzaliman terjadi : dibuat di Tangerang. Dikirim ke USA untuk dicap. Kemudian baru disebar ke seluruh NKRI. Harganya pun bervarian. Bukan sekadar komponen bahan, jahitan dan lain-lain. Harga bisa lebih jauh dari itu. Ada brand. Ada biaya transportasi. Ada pajak. Sehingga harga bisa berbeda untuk merk berbeda. Ini kejahatan terstruktur budaya global. Warga dunia dipaksa membeli sesuatu yang sebenarnya bukan kebutuhan mereka. Ini imperialisme budaya! Dan, kini saatnya Pangsi.

Pakaian orang Bekasi. Menjadi ikon perlawanan budaya atas serbuan budaya global. Simbolisasi dari kebanggaan atas local genius warisan nenek moyang. Bangga menggunakan produk sendiri. Dibuat oleh penjahit setempat. Berbahan kain dengan ventilasi udara yang maksimal. Dengan harga yang lebih murah dan kondisi lebih nyaman untuk ‘makhluk’ di dalamnnya. Terbilang casual. Saat ini bisa dipakai kondangan dan juga lari bila dikejar anjing. Bandingkan dengan celana jeans yang bahkan model pencil itu dengan tingkat kerapatan maksimal di bagian bawah. Repot bener, apalagi kalau lagi diare. Bisa BAB di celana. Foto Komarudin Ibnu Mikam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun