Wajah gembira dihiasi senyum kebahagiaan terlihat di wajah warga Nahdliyin. Betapa tidak? Kesuksesan dua agenda yang diselenggarakan jajaran warga Nahdliyin di negeri Japakeh Pidie Jaya merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan serta ukhuwah yang di jalin Nahdliyin di negeri Pedir Yunior alias Pidie Jaya. Warga Nahdliyin itu mengutip pernyataan Waled NU (Syuriyah PWNU Aceh) semua warga Aceh itu Nahdliyin bukan hanya pengurus dan Banomnya saja.
Nahdiyin Negeri Japakeh yang dinakhodai empat serangkai Abi Rusydi sosok yang sejuk dan mukhlisin plus antusiasme serta semangat yang luar biasa sebagai Syuriyah PCNU Pidie Jaya di topang Waled Meunasah Paku jubir dengan retorika yang komunikatif didukung segudang ilmu berbekal magister komunikasi alumni IAIN Lhokseumawe.
Tidak terlepas juga dua agenda ini didukung gebrakan aksi Nahdliyyin muda Tgk Mujlisal Hasan, Tgk. Syahrul dan kawan kawan sebagai panitia pelaksana juga dukungan dan bantuan dari berbagai kalangan termasuk pemerintahan negeri Japakeh Abuwa-Waled.
NU dimanapun dan kapanpun tetap menjadi mitra pemerintah dan masyarakat dalam mewarnai perubahan dan perbaikan bukan hanya di bidang agama, sosial masyarakat juga lainnya. NU yang didirikan oleh Waliyullah KH Hasyim Asy'ari kini telah berumur hampir seabad sang lokomotif tersebut bukan hanya berkembang di Nusantara juga diberbagai belahan dunia telah ada cabang dan perwakilannya bahkan beberapa negara telah menjadikan NU sebagai referensi dalam bernegara dan berbangsa meskipun di negeri Syariat Islam sendiri keberadaan NU dan Banomnya kerap dan terkadang mendapatkan cemoohan dan beragam nada miring meskipun dari orang terdidik namun bukanlah sesuatu yang perlu dihiraukan dan dirasaukan.
Memajukan dan berkontribusi kepada NU dengan penuh keikhlasan yang merupakan salah satu pesan sang pendiriannya, secara tidak langsung segala sesuatu dibawah garis NU baik para Banom dan unsur lainnya ruh masyaikh ikut "mewarnai" berbagai acara berkaitan dengan NU termasuk dua agenda yang telah dilaksanakan di negeri Japakeh ini.
Penulis mengutip salah seorang tokoh nahdliyin yang tsiqah dan dipercaya namun tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan pengalaman spiritual sebelum pelaksanaan acara tersebut dengan kehadiran ruh punggawa pembesar " mengawal" acara hingga selesai bahkan saat kritis sekalipun. Sebenarnya masih ada yang ingin di tulis pengalaman tersebut dari beberapa tokoh nahdliyin dengan keikhlasan telah membawanya menjadi sosok yang sukses dan berhasil, kita urungkan saja kita ceritakan di lain waktu. Tunggu ya kupasannya?
Saat memandang para tokoh dan warga Nahdliyin senyum bahagia dan tanpa yang mengomandoi dan mengintruksikan akumulasi kesuksesan dan kebahagiaan itu direalisasikan dalam bentuk syukuran sederhana dan berbagai bentuk di wilayah kutub magribi (Barat) dan kutub Masyiki (Timur), dua acara syukuran tanpa pernah diagendakan dalam syukran Warga NU Nahdliyin. Ah itu kebetulan saja, bisik tetangga sebelah, dunia ini tidak yang kebetulan namun sudah ada dalam ilmu dan takdir-Nya termasuk dua acara ini bro. Tidak percaya? Tanyankan kepada rumput yang bergoyang..
Wilayah masyriqi (timur) sang Katib Syuriah PCNU mengaplikasikan dengan hewan asal "Timur Tengah" Kibas "kesayangan"nya lewat menu kuah Belangong, santapan lezat dan berkah itu bukan hanya sekedar syukuran namun hampir semua yang mencicinya meskipun secuil, tahun depan masih terlukis makyus dan kelezatannya. Hebatnya kuliner Kibas Ala Katib NU mewakili tokoh tuha (senior). Lantas bagaimana dengan kutub magribi tokoh yunior?
Ternyata syukuran di kutub barat tidak kalahnya meskipun tanpa direncanakan di implementasikan dengan masakan negeri Tajmahal (India) dan Allama Muhammad Iqbal (Pakistan). Ternyata syukuran wilayah Asia Selatan yang dikenal dengan nasi masyhur dengan nama Biryani. Menelusuri asal-usul Biryani berasal dari bahasa Persia yang bermakna goreng dan panggang.