Mohon tunggu...
Bang Doel
Bang Doel Mohon Tunggu... Freelancer - Hallo, semua

Cuma suka lihat orang pada menulis, jadi kadang ikut-ikutan nulis. Buat mampir selain disini, silakan kemari: https://www.doel.web.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

You'll Never Walk Alone, Fadli Zon

29 Juni 2016   22:47 Diperbarui: 29 Juni 2016   23:10 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba saya jadi tahu ada tempat kursus sebeken Stagedoor Manor. Kabarnya, biaya sekali sesi di tempat itu mencapai $5,895 alias Rp.76.635.000,00 jika kurs 1 dollar adalah Rp.13.000,00. Dan jika kita bertanya pada Robert Downey Jr., Natalie Portman, Ansel Elgort, Zach Braff, hingga Sebastian Stan, maka tempat kursus yang berkantor di Loch Sheldrake, New York, Amerika Serikat ini memang tempat terbaik untuk mengasah bakat dalam art performance. Maka sungguh tepat ketika Fadli Zon mengursuskan putrinya ke tempat tersebut. Pertama, beliau mungkin banyak duit, dan kedua karena beliau pejabat.

Ya, Fadli Zon mungkin banyak duit, sehingga mampu saja untuk membayar Rp.76.635.000,00 untuk mengursuskan anaknya selama satu sesi. Itu pun kalau satu sesi, karena mayoritas peserta kursus, katanya, paling sedikit mengambil dua sesi per tahun.  Nah, kalau dua sesi berarti duitnya bertambah lagi jadi Rp.153.270.000,00. Belum lagi kalau tahun depan ikut lagi, dan tahun depannya lagi ikut lagi sampai sang anak setenar Natalie Portman.

Alasan kedua, Fadli Zon adalah pejabat. Beliau wakil ketua dari lembaga yang terhormat di negeri ini. Wakil ketua dari lembaga yang membuat aturan-aturan yang mengatur perikehidupan bangsa dan negara. Jadi, bahkan dengan namanya saja, seseorang mampu memerintahkan KJRI nun jauh di Amerika sana untuk menjemput anaknya yang datang malam-malam di bandara John F. Kennedy. Ya, konon sekedar catutan nama saja, karena belakangan beliau membantah memberikan perintah kepada Setjen DPR RI untuk mengirim faksimili penjemputan tertanggal 10 Juni 2016 itu. Hebat, 'kan?

Jadi kalau anda berpikir untuk menyekolahkan anak di Stagedoor Manor Performing Arts Training Center, pastikan dua alasan itu terpenuhi. Karena jika anda cuma punya duit, khawatir nanti anak anda kemalaman di bandara tak ada yang jemput. Kasihan.

Nah, persoalannya jadi menarik ketika di timeline saya ada yang bertanya: apakah Fadli Zon bersalah dalam hal ini? Seperti biasa, aroma Pilpres 2014 masih menyengat, sehingga jawaban yang keluar pun ada dua macam. Jawaban pertama adalah Fadli Zon bersalah, karena memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan fasilitas negara pada yang tidak berhak. Fasilitas negara yang dimaksud adalah penjemputan oleh KJRI. Staf KJRI adalah pegawai negara, dan penjemputan itu bukanlah bagian dari tugas kenegaraan.

Jawaban kedua, ketika seorang pejabat level wakil ketua DPR RI meminta tolong kepada pihak KJRI atas nama pelayanan kepada WNI, apakah itu salah? Katebelece yang keluar dari Setjen DPR RI itu lebih pada posisi etis dan tidak etis, bukan benar dan salah, katanya.

Jika kedua jawaban itu disulam, sebenarnya bakal terjadi titik temu. Titik temunya terkait soal pelayanan KJRI yang membantu WNI ketika berada di luar negeri. Dan masalahnya jadi tidak melebar seperti ini ketika Fadli Zon cepat merespon sebelum permintaan fasilitas itu menguar ke publik. Dari tanggal penjemputan yakni 12 Juni 2016, hingga klarifikasi dan pemberian 'ganti rugi' sebesar Rp.2.000.000,00 yang tertanggal 28 Juni 2016, ada jeda waktu 16 hari yang terlewat. Main whatsapp sempat, dholanan Twitter bisa, kog bertanya kabar ke anak soal siapa yang jemput malam-malam di bandara tidak ada waktu?

Maka, you'll never walk alone, Fadli Zon. Sebelum kasus semacam ini, ada kasus-kasus lain yang sejenis. Fadli Zon ini 'kan level wakil ketua, bahkan untuk tingkat anggota saja, masalah permintaan fasilitas semacam ini sudah biasa terjadi. Dan publik pun masih ingat, yang cuma 'jabatannya' kolega menteri pun mampu bertindak yang sama. Sesuatu yang sering terjadi, biasanya memang sudah menjadi kultur (dalam arti negatif), bukan? Artinya banyak orang yang telah melakukannya, hanya saja balik lagi mana yang apes dan mana yang asik-asik saja dengan perbuatannya.

Bahkan, saya berusaha mem-bold you'll never walk alone ini, karena soal katebelece ini tidak hanya terjadi pada Fadli Zon, anggota DPR, maupun kolega menteri ke KJRI saja, karena di tingkat manapun katebelece ini kondang sekali saktinya. Paling sederhana, ketika membikin KTP di balai desa. Jadi, Fadli Zon memang tidak pernah berjalan sendiri, ada jutaan orang yang sama yang melakukannya. Apakah ini salah? Menurut saya salah, bahkan jika salah secara etika. Tapi ketika banyak sekali orang yang melakukannya, saya khawatir ini dibenarkan.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun