Artikel ini disusun berdasarkan pengalaman pribadi yang terjadi puluhan tahun yang lalu. Bukan cerita fiktif atau rekayasa, nama dan tempat sengaja tidak disamarkan agar bisa menjalin silaturahmi dengan keluarga besar yang sudah lama terputus. Aku mengenal sosok Pak Abbas sebagai orang tua di perantauan.Â
Sekitar tahun 1990 selepas lulus SMK sengaja mengadu nasib di Jakarta untuk mencari pekerjaan sekaligus kuliah. Di Jakarta tinggal di pinggiran kawasan industri Pulogadung di daerah Pedurenan, Rawa Terate, Jakarta Timur.Â
Sebagai pendatang baru dari daerah yang baru pertama kali ke ibukota, masih kikuk dan gamang. Kehidupan masyarakanya berbeda jauh dengan kehidupan masyarakat di kampung. Masyarakat yang cuek, selalu hiruk pikuk dari pagi sampai pagi lagi.Â
Dari beberapa tetangga yang aku kenal, seringkali main ke rumah Pak Abas karena rumahnya berdempetan. Selain orannya baik, dia punya kegemaran main kecapi Sunda. Sambil main kecapi biasanya sambil ngobrol atau memberikan nasehat kehidupan. Sehingga lama kelamaan kita akrab bahkan aku sudah dianggapnya seperti anak sendiri.Â
Sampai pada akhirnya kita berpisah di tahun 1992 karena pindah kerja. Selama pindah rumah kami jarang berkomunikasi apalagi bersua. Namun pada suatu hari tiba-tiba kok kangen sama Pak Abas.Â
Akhirnya pas libur kerja aku main ke rumah beliau sekitar pukul 10.00. Aku disambut seperti anak yang hilang dipeluk, dikasih minum dan ngobrol ngalor ngidul.Â
Cukup lama kita ngobrol berbagai hal seperti dulu, sampai terdengar azan lohor. Aku pamit pulang karena mau main ke rumah saudara yang dulu aku menetap. Pak Abas memeluk sangat erat sambil berpesan jaga diri dan jangan lupa ibadah.Â
Dari rumah Pak Abas aku main ke rumah saudara, seperti biasanya bertamu pasti ditanya kabat, kemana aja, bagaimana pekerjaan dan sebagainya. Aku jawab semua pertanyaan saudara termasuk pertemuan dengan Pak Abas secara detail.Â
Namun betapa kagetnya aku setelah dijelaskan bahwa Pak Abas sudah meninggal dunia 40 hari yang lalu. Innalillahi waina ilaihi rojiun, terus tadi siapa yang ngajak ngobrol dan memelukku?Â