Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu

5 Agustus 2021   14:36 Diperbarui: 5 Agustus 2021   14:41 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu dengan berbagai sebutan lain seperti bunda, mama, biyung, umi, ambu, nyak dan sebutan lain adalah sosok luar biasa yang mendampingi kita sejak dalam kandungan. Sosok yang pertama kali kita kenal ketika hadir dunia, sehingga Rasulullah menempatkan posisi ibu begitu tinggi dalam kehidupan kita. Bahkan ada yang menyebutnya ibu adalah "Pangeran Katon" sehingga ucapan ibu adalah doa mujarab, ridho Allah karena ridhonya ibu serta murkanya Allah karena murka seorang ibu juga. Banyak cerita dan kenangan kita dengan ibu, yuk berbagi cerita tentang ibu!

Dok.Mudabicara.
Dok.Mudabicara.

Aku mengenal sosok ibu kandungku sendiri ketika memasuki sekolah dasar karena sejak kecil diasuh oleh bibi dari pihak ibu. Bukan karena tidak sayang tetapi karena kesibukan ibu yang harus berjualan bersama bapak untuk menghidupi keluarga kecilnya. Aku anak kedelapan dari sembilan saudara sehingga rumah menjadi ramai dan ini yang mendorong bibi untuk mengasuhku. Beliau begitu menyayangiku seperti layaknya anak sendiri walaupun sudah ada anak kandungnya. Sehingga aku sangat beruntung diasuh oleh dua orang ibu yang sama-sama menyayangi dengan caranya masing-masing. Kadang kita seperti mendapat perlindungan saat ibu memarahi karena kenakalan kita, yang satu melindunginya. 

Banyak kenangan yang tercipta antara aku dan ibu , walau seringkali galak dan cerewet pada waktu kita kecil. Perasaan sebal pasti ada menganggap ibu tak sayang sama kita. Tetapi setelah dewasa dan berumah tangga baru aku sadari, ibu bersikap seperti itu karena tidak ingin anaknya manja dan bandel serta karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan memberi lebih seperti anak-anak lainnya. Dan titik balik membuat kita menangis dan memeluk ibu ternyata mencari uang itu tidak mudah, butuh kerja keras dan perjuangan.

Penyesalan yang datang membuatku berubah 180 derajat, aku jadi tambah menyayangi dan sangat kujaga seperti yang dilakukannya sewaktu kecil padaku. Ibu tak kuizinkan untuk berjualan lagi , fokus pada kesehatan dan ibadah sebagai bekal nanti. Semua utang kututup dan setiap bulan aku kirim uang untuk kehidupan sehari-hari. Sungguh suatu hal yang tak terduga, uang yang kukirim tiap bulan ternyata dibelikan emas perhiasan dan diserahkan padaku saat aku menikah. Rasa haru menyelimuti hati melihat perjuangan ibu yang selalu ingin melihat anaknya bahagia. Dia tidak peduli anaknya tersebut sudah dewasa dan bekerja, bagia seorang ibu anak-anak tetaplah anak-anak walaupun sudah bukan anak-anak lagi.

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun