Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Rob Datang, ke Mana Aku Lari?

1 Juni 2020   22:23 Diperbarui: 2 Juni 2020   08:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siklus alam yang selalu terjadi di antara bulan Mei - Juni bagi masyarakat pantura Brebes sudah dianggap biasa. Rob yang menggenangi wilayahnya dianggap sebagai tamu tahunan. Masyarakat mengantisipasinya dengan tidak menyebar benih bandeng dan udang di bulan-bulan itu karena pasti akan menuai kerugian. 

Seperti saat ini setiap sore hari air laut pasang hingga menggenangi jalanan,  tambak dan pemukiman. Sudah empat hari ratusan rumah di Desa Randusanga Wetan dan Kulon tergenang rob sampai lutut orang dewasa. Bahkan beberapa warga terpaksa mengungsi di rumah saudara yang letaknya lebih tinggi. 

"Siklus tahunan yang selalu terjadi dibulan-bulan sekarang karena pengaruh alam. Selalu terjadi sehingga kami masyarakat pesisir sudah hapal. Kami mengantisipasinya dengan tidak menabur benih bandeng dan mulai menaikan barang-barang berharga keatas," kata Masdori warga Sigempol. 

Dok. Zakri.
Dok. Zakri.
Masyarakat menganggap rob sebagai rutinitas kejadian yang selalu datang setiap tahun.  Tidak adanya tanggul yang membentengi tambak menjadi penyebab rob. Pancer-pancer  di pesisir tak mampu menghadang air laut yang sedang pasang hingga sampai ke pemukiman. Kemana mereka akan menyelematkan diri kalau terjadi rob besar, jika lingkungan pesisir rusak dan berdampak pada banjir besar. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Akses jalan yang tergenang membuat mobilisasi masyarakat terganggu. Begitu juga pengunjung yang hendak wisata kuliner di Parin tidak bisa masuk karena dihadang banjir. Masyarakat benar-benar mengalami banyak kerugian dari tambak yang tergenang banjir, warung yang harus tutup dan aktivitas lain yang terganggu. 

"Hidup sekarang mah seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Desa kami sepi dari pengunjung akibat covid-19 kini tambah sepi karena rob. Kami minta perhatian pemerintah untuk membangun tanggul agar bisa menahan ombak," kata pedagang Parin yang tidak mau disebut namanya. 

Dampak setelah rob pun sepertinya tidak menjadi masalah buat warga. Dampak kesehatan seperti gatal-gatal dan penyakit kulit lainnya tak mempan sama sekali.  Tambar atau tidak mempan menjadi keyakinan masyarakat terhadap dampak pasca rob.  (KBC-54|Kompasianer Jateng|)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun