Siklus alam yang selalu terjadi di antara bulan Mei - Juni bagi masyarakat pantura Brebes sudah dianggap biasa. Rob yang menggenangi wilayahnya dianggap sebagai tamu tahunan. Masyarakat mengantisipasinya dengan tidak menyebar benih bandeng dan udang di bulan-bulan itu karena pasti akan menuai kerugian.Â
Seperti saat ini setiap sore hari air laut pasang hingga menggenangi jalanan, Â tambak dan pemukiman. Sudah empat hari ratusan rumah di Desa Randusanga Wetan dan Kulon tergenang rob sampai lutut orang dewasa. Bahkan beberapa warga terpaksa mengungsi di rumah saudara yang letaknya lebih tinggi.Â
"Siklus tahunan yang selalu terjadi dibulan-bulan sekarang karena pengaruh alam. Selalu terjadi sehingga kami masyarakat pesisir sudah hapal. Kami mengantisipasinya dengan tidak menabur benih bandeng dan mulai menaikan barang-barang berharga keatas," kata Masdori warga Sigempol.Â
"Hidup sekarang mah seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Desa kami sepi dari pengunjung akibat covid-19 kini tambah sepi karena rob. Kami minta perhatian pemerintah untuk membangun tanggul agar bisa menahan ombak," kata pedagang Parin yang tidak mau disebut namanya.Â
Dampak setelah rob pun sepertinya tidak menjadi masalah buat warga. Dampak kesehatan seperti gatal-gatal dan penyakit kulit lainnya tak mempan sama sekali. Â Tambar atau tidak mempan menjadi keyakinan masyarakat terhadap dampak pasca rob. Â (KBC-54|Kompasianer Jateng|)