Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tukar Takir Tradisi Tidak Kikir

23 Maret 2020   19:47 Diperbarui: 23 Maret 2020   19:51 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Untuk ilustrasi (yukepo.com)

Sebentar lagi puasa,  bulan yang dinanti-nanti umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan lamanya. Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat dalam menyambut bulan suci. Dari bersih-bersih rumah,  makam,  mushala,  berkunjung ke saudara sampai tukar takir. 

Dok. Sebagai ilustrasi, Nasi takir (ayomasak123.blogspot.com)
Dok. Sebagai ilustrasi, Nasi takir (ayomasak123.blogspot.com)
Tradisi tukar takir biasa dilaksanakkan seminggu menjelang puasa dan seminggu menjelang lebaran.  Kalau menjelang puasa namanya "Unggah-unggahan" artinya naik, kalau menjelang lebaran namanya "Udun-udunan" atau turun. 

Makna yang ingin disampaikan adalah silaturahmi dan permohonan maaf barangkali punya kesalahan, sebentar lagi mau melaksanakan puasa biar hatinya suci.  Begitu juga udun-udunan,  agar kita saling memaafkan karena akan melaksanakan lebaran. 

Tukar takir yang berarti tidak kikir, arif pada lingkungan dan peduli pada sesama dengan sikap sederhana.  Masyarakat membawa nasi takir dibagikan kepada tetangga sambil minta maaf.  

Dan nanti tetangga lainpun saling berkunjung sambil membawa nasi takir, terkadang dalam satu hari dapat beberapa takir. Makna lain yang dipercaya madyarakat, bahwa arwah leluhur selama puasa diangkat ke langit, dan didoakan agar terbebas dari siksa kubur. 

Dok. Elsya Ashanti
Dok. Elsya Ashanti
Sampai saat ini tradisi unggah-unggahan dan udun-udunan masih ada tetapi tidak berbentuk nasi takir lagi. Nasi takir sudah diganti seperti besek walimahan dan dibawa ke mushola untuk di doakan bersama daftar nama almarhum-almarhum.  

Walau sama maknanya tapi nilai spiritualitasnya berkurang.  Tradisi saling berkunjung dan minta maaf tak terasa lagi. Semoga tradisi ini tetap ada dan lestari dalam masyarakat kita. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun