Tanpa terasa, bulan Ramadan telah terlewati. Bukti bahwa waktu berlalu begitu cepat. Tidak ada manusia yang bisa mengulanginya kembali. Sebagian umat Muslim merasa beruntung karena telah menjalani ibadah di bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya. Namun sebagian laginya bisa jadi menyesal karena merasa belum maksimal menjalankannya. Dan ... masih saja ada orang yang menyia-nyiakannya.
Program menulis selama sebulan yang diselenggarakan Kompasiana juga sudah mencapai ujungnya. Total ada 33 hari dan alhamdulillah sosok itu telah berhasil menulis sebanyak 33 artikel setiap harinya.Â
Ada rasa bangga bahwa dengan tekad yang luar biasa, hal itu bisa dilakukan meski seringnya harus menulis pada masa injury time. Menulis di atas pukul 22:00 dan harus selesai sebelum tengah malam.
Sadar atau tidak sadar, bulan Ramadan telah menyuntikkan semangat yang tidak biasanya. Memompa aura petualangan kata dari beberapa tema yang memang dipaksakan.Â
Tidak ada yang percuma, karena proses tersebut pada akhirnya menjadikan kompasianer yang menjalaninya menjadi lebih disiplin dalam menghargai waktu. Bahwa menulis pun dituntun demikian, tidak seperti Aladdin yang dibantu oleh sang Jin.
BELAJAR MENELADANI RASULULLAH SAW.
Puasa mengajarkan umat Muslim untuk bisa memaknai arti dari rasa bersyukur. Betapa masih banyak manusia yang harus menjalani hari-harinya dengan kurang makan.Â
Sering berpuasa karena memang tidak memiliki makanan. Sangat berbeda dengan mereka yang berkecukupan sehingga bisa memilih makanan yang disukainya. Puasa di bulan Ramadan adalah belajar memahami rasa itu.
Rasulullah saw. adalah sosok manusia yang begitu agung. Beliau pernah diberikan tawaran oleh Allah Swt. untuk menjadi seorang nabi sekaligus raja, namun beliau lebih memilih menjadi seorang nabi dan rakyat jelata sekaligus.Â
Menjadi seorang abdan nabiyan. Menjadi seorang nabi yang harus terus berjuang mencari nafkah demi menghidupi perekonomiannya keluarganya sendiri.
Rasulullah saw. pernah 'disidang' di rumahnya oleh para istrinya sendiri. Beliau dikelilingi oleh para istrinya hingga membuat gusar para sahabat tercintanya. Abu Bakar dan Umar pun meminta izin untuk masuk ke dalam rumah karena selain sebagai sahabat, anak-anak mereka ada yang dinikahi oleh Rasulullah saw. Ada Aisyah binti Abu Bakar dan ada Hafshah binti Umar yang juga menuntut nafkah.