Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Saya Mohon Maaf Lahir & Batin

15 Juli 2015   01:21 Diperbarui: 15 Juli 2015   01:28 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Hari ini, Rabu (15/7)dini hari  atau H-2 lebaran, seperti galibnya warga Negara Indonesia lainnya (yang memeluk agama Islam), saya pun mengikuti ritual tahunan. Yakni, mengantar sekaligus mendampingi anak serta cucu mertua mudik untuk berkumpul dengan orang tuanya di desa.

Alhamdulillah perlu saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala karena bapak dan emak mertua tinggal di Purworejo, yang hanya makan waktu jarak tempuh sekitar 3 jam dari Salatiga. Artinya, kami semua tidak membutuhkan perjuangan yang menguras tenaga serta biaya untuk sungkem terhadap mereka.

Konsekuensi logis dari ritual tahunan ini, saya terpaksa harus “tiarap” kurang lebih sepekan. Tak lagi bisa menyapa saudara, kerabat mau pun sahabat di Kompasiana. Maklum, tradisi di desa mertua sangat erat dengan anjangsana, silaturahim antar tetangga mau pun family jauh. Ditambah sinyal modem internet di sana layak disebut enggan berkompromi.

Selama sepekan berada di rumah mertua, usai sungkem memohon maaf atas segala kebandelan saya dalam mendampingi anak dan cucu- cucunya, selanjutnya saya harus berkeliling ke penjuru desa. Dimulai dari kerabat terdekat, tetangga hingga sekedar yang kenal nama. Secapek apa pun, sembari bersalaman, bibir wajib menebar senyum. Itulah tradisinya.

Di dunia yang berbeda, yakni di Kompasiana, saya telah bergabung selama 8 bulan. Suasana kekerabatan yang nyaris sama, saya temukan di sini. Pluralisme yang ditempatkan di atas segalanya, belakangan membuat diri saya betah “kost” di dalamnya. Banyak Kompasianer bijak, berjibun Kompasianer cerdas dan tak terhitung jumlahnya Kompasianer yang tulisannya  sexy. Namun, tidak sedikit pula yang slengekan tiada jelas juntrungnya. Beragam karakter inilah yang membuat Kompasiana semakin lebih berwarna.

Terkait hal tersebut, selama sepekan penuh, nantinya tak akan mampu menayangkan satu artikel pun. Tidak saya sesali tentunya, sebab, saya tengah mengambil “cuti” panjang di luar tanggungan negara. Yang mau tak mau, wajib saya ambil resikonya dari pada didamprat embahnya anak- anak.

Selama bulan Desember 2014 hingga awal bulan Juli 2015, setidaknya ada  212 tulisan yang sudah saya tayangkan. Dalam hal ini, saya sangat haqul yaqin bahwa tulisan- tulisan tersebut, ada yang memerahkan wajah pembacanya. Jujur saja, itu bukan tujuan saya menulis artikel apa pun. Target penulisan artikel saya yang utama adalah berbagi terhadap siapa pun tanpa membedakan kasta.

Begitu pun dengan berbagai komen yang saya tulis, saya berupaya menulis komen sesuai profil Kompasianer. Untuk Kompasianer bijak, saya pun menulis komen selayaknya orang bijak. Bagi Kompasiner yang menganut paham Humorologi, tentunya saya tetap mengimbanginya. Begitu pun Kompasianer yang slengekan, dengan terpaksa saya harus ikut menulis komen slengekan juga.

Terkait hal itu, menjelang berakhirnya bulan Ramadhan ini, dengan hati yang paling dalam serta penuh ketulusan, saya mohon maaf lahir dan batin bagi semuanya. Dan untuk rekan- rekan muslim, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1436 Hijriyah, kiranya kita semua telah memperoleh kemenangan dalam mengalahkan berbagai nafsu duniawi, minimal selama satu bulan ini. Semoga, di hari yang fitri akan mampu menjadikan Kompasiana menjadi lebih berarti. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun