Kebiasaan buruk, menjadi penyebab karir terpuruk. Keberadaan "bad habits" itu sering tidak disadari, tak terasa malah digemari.
Profesionalitas lantas dikorbankan, demi menumbuh kembangkan jalan pintas.
"Star performa" meredup, hampir tak berdegup.
Karir itu tidak sekedar berkaitan dengan pekerjaan. Tetapi juga merupakan jalan hidup atau tiang penghidupan. Jika karir sedang meredup, seperti hanya menerima amplop kosongan. Walau berisi, tetapi tidak bergizi.
Karir seyogianya dijauhkan dari kebiasaan buruk. Tidak dijalankan dengan cara merendahkan dan menyempitkan jiwa. Jangan hanya berbangga atas banyaknya masa kerja. Kalau hanya bekerja rutin saja, seperti mesin kehilangan jiwa.
Bekerja dengan perilaku buruk sangat memilukan hati. Hanya mengulang dan mengulang, dipandang sebagai kemuliaan mengabdi. Tak merasa gundah, walau hidup nyaris tanpa gairah.
Isyarat kecil pun dimatikan. Lalu mulailah kehilangan kepekaan. Kata-kata semakin ringan. Dampaknya, menghilanglah kewibawaan.
Menjadi insan profesional, sama dengan memburu keistimewaan. Karena hanya sedikit yang mampu mengusahakannya.
Para pecinta rutinitas itu terbiasa dengan dendam berbalas. Gesit mengecam, piawai mencari-cari kesalahan. Lekas-lekas berkehendak, agar cepat impas.
 Pelampiasan emosi, tidak akan menyelesaikan persoalan. Pernahkah ada kesediaan untuk rehat sejenak menghayati cara bereaksi ? Mampukah mengunyah hikmah agar sikap reaktif itu berubah menjadi proaktif ?