Hidup itu bagaikan roda yang terus menerus bergerak cepat. "Cakra manggilingan", kata orang Jawa. "Life is like a rotary wheel". Ungkapan ini sering disebut oleh warga dunia.
Zaman memang sedang berputar cepat. Bicara empat mata sudah mulai ditinggalkan. Seperti sebelum pandemi dulu. Sekarang, itu jarang dilakukan lagi. Semua serba virtual. Teknologi tak bisa diabaikan. "Jaman wis owah gingsir", zaman sudah berubah. Siapa pun yang tidak mau berubah, akan tergilas jati dirinya.
Egoisme semakin menancap keberadaannya. Tidak samar-samar lagi. Karena isme ini terus berubah, bertumbuh, dan bersistem.
Sebagai suatu sistem, suatu saat pasti  akan mewarnai kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mungkin saja akan menentukan tujuan hidup kita nanti.
Kalau dipikir-pikir, kita ini sebenarnya sedang mengejar kepentingan diri sendiri. Kepentingan bersama sejatinya selalu dinomor-duakan.
Di dalam praktik, ada istilah egois dan solipsis. Egoisme lebih sering disebut dalam pembicaraan sehari-hari.
Hidup senantiasa berputar. Tetapi itu tak lepas dari kecenderungan pencitraan atau hanya tampaknya saja atau "lelamisan".
Pada batas-batas yang wajar, tentu masih manusiawi saja. Tetapi waspadalah, bila sudah ada tanda-tanda puja-puji diri yang sudah kelewat batas, kita perlu mengasah kekritisan.