Mestinya saat ini kita sudah lebih banyak melakukan penindakan, dari pada mengoleksi penyebab terjadinya korupsi.
Perilaku koruptif pasti tidak mungkin dilakukan sendirian. Itu cara kuna, seperti menggali tanah di bawah pintu, agar bisa memasukkan kepala dan badan ke dalam rumah. Itu namanya mbabah.
Kejahatan kerah putih lain lagi. Para pelakunya pasti sedang menjadi elemen yang saling menguntungkan dan saling berkewajiban. Misal, kerjasama antara swasta dengan aparatur negara. Jaringan para pengambil keputusan itulah yang mempengaruhi kompetensi untuk hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tersebut.
Baru kemudian mengatur integritas. Skenario kebohongan publik dibuat oleh ahlinya. Informasi bohong yang selalu diulang-ulang akan dikesani sebagai kebenaran. Tinggal disempurnakan dengan langkah untuk mengesani suatu pengkhianatan menjadi isu kemuliaan pengabdian.
Jika semua skenario itu juga melibatkan fungsi ganda, lebih enak lagi. Ketaksaan atau ambiguitas menjadi lahan subur untuk semakin melicinkan diri.
Peluang untuk menjadi koruptif sebenarnya sangat mungkin terjadi di mana-mana. Namun, kalau diperingkat, juaranya masih sekitar negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia.
Upaya preventif sangat mungkin tersandung oleh pembusukan kepala. Kalau itu sudah kena, maka badan dan ekornya akan menyusul busuk pula. Jika hukum ikut-ikutan membusuk, dengan ribuan webinar pun tak akan mampu untuk menanggulanginya.