Pagi ini diskusi via WA dengan teman berlanjut. Topiknya berat, dibahas ringan, yaitu tentang hubungan antara agama dengan budaya. Kita semua sadar, bahwa tidak akan mampu menyelam ke laut yang lebih dalam.
Salah satu teman berceritera tentang proses belajar agama leluhur kita. Pertanyaan ke Wali Sanga : "Syeh, saya ingin beragama Islam. Tapi masih ma-lima". Jawabnya, nggak apa-apa. Yang penting sholat lima waktu dulu. Baru belajar secara bertahap terus menerus, sesuai dengan kemampuan.
Wayang sebagai budaya tidak diharamkan. Malah Wali Sanga membuat tokoh punakawan untuk kepentingan syiar. Blangkon tidak dilarang. Nonton wayang sarungan boleh saja, malah menghangatkan badan.
Tokoh punakawan sengaja diciptakan sebagai jembatan penghayatan bahwa agama dengan budaya itu beda. Semar dari amar. Gareng dari nala qorin. Petruk dari fatruk. Sedangkan Bagong dari baghaa. Kesemuanya itu merupakan rangkuman lambang beribadah berdasarkan prinsip kebenaran.
Budaya bukanlah agama. Tetapi peningkatan kompetensi beragama dapat semakin didalami melalui pendalaman budaya.