Saya tertarik dengan analogi Puasa dan Pesta. Katanya, sehabis puasa pasti ada pesta. Atau bisa juga dikatakan, jika nantinya ingin pesta, ya harus berpuasa dulu.
Kenangan berpuasa tidak bisa lepas dari makanan dan pakaian. Itu kebutuhan dasar. Variasi makanan dalam bulan puasa relatif tetap, namun lebih bergizi dan manis-manis. Kalau baju baru, mesti dibelikan, setahun sekali saja. Jika memakai baju baru di luar momentum itu, malah diolok-olok. "Dara mangan pari, durung riyaya wis nganyari".
Teman saya berargumentasi, orang Jawa dulu itu lebih halus dalam mengemas perlambang. Pakaian baru adalah lambang bahwa ruhaninya telah bersih dan baru, setelah sebulan berpuasa. "Kita akan berubah menjadi  insan penyayang yang penuh kebaikan".
Dari sudut pandang bahasa, istilah puasa berasal dari bahasa Sanksekerta : Upawasa. Artinya puasa, sebagai kewajiban religi yang terdiri atas melakukan pantangan terhadap perasaan nikmat.
Kalau perasaan nikmat itu yang diburu, menurut pengertian upawasa, berpuasa malah menjadikan rasa nikmat itu sebagai pantangan.