Di dalam jagad perbincangan, tema sederhana sering dijadikan slogan. Begitulah adanya. Membuat slogan, lebih gampang dibanding melaksanakannya.
"Aevo rarissima nostro simplicitas" telah lama mengakuinya. Jarang kita menemui contoh kesederhanaan dalam dunia nyata.
Kaya sering dipertentangkan dengan sederhana. Mencari contoh perilaku orang kaya, lebih mudah daripada menjawab pertanyaan : "Orang yang sederhana itu seperti apa sih ?
Di dalam khasanah Jawa, sederhana itu disebut prasaja. Artinya, berupa keadaan yang tidak berlebihan atau seperti apa adanya. Bagi dia, mungkin dipandang tidak berlebih. Tetapi orang lain menilai berlebih-lebihan. Bahkan untuk batasan hidup wajar, dan tidak memedulikan materi pun, masih belum jelas apa maksud prasaja itu.
Ini sekedar contoh, bagaimana Si Sederhana memberi kesan, ketika diberi hadiah cermin oleh orang lain. "Jeram dan lembah cukup jernih untuk memantulkan seutas rambut. Lalu untuk apa aku menerima gratifikasi berupa cermin ini ?". Tentu ini pertanyaan simbolik yang masih mungkin diperdebatkan ketulusannya.
Batas antara pengertian kaya dan sederhana, masih bisa digeser-geser sesuai tujuannya. Tetapi yang jelas, motif menjadi kaya antara lain ingin mengejar gebyar duniawi yang berkilau-kilauan. Suram atau kelam merupakan keadaan remang-remang. Dalam situasi seperti ini, jalan pun menjadi tak jelas untuk menyongsong masa depan.
Apakah kesederhanaan itu akibat dari orang yang belum bisa meraih kekayaan ? Ataukah jenis kekayaan batin bisa lebih memukau dibandingkan dengan kekayaan materi ? Betapa sulit ya untuk menjadi kaya yang sederhana.