Saya paling suka ngebolang. Misalnya main  ke pantai. Dan saya bersyukur saat tinggal di Kebumen, itu banyak sekali pantai yang bisa saya kunjungi. kebetulan sekali, Kebumen dilewati terusan pantai laut selatan. Makanya berjejer pantai indah dari perbatasan Cilacap, sampai Purworejo.
Sebenarnya, saya juga ingin naik gunung. Tapi apa daya, saya sadar diri dengan usia dan kemampuan sekarang hahaha. Sebagai gantinya, saya suka menonton channel-channel orang naik gunung. Dan setiap tayangan, mereka selalu menghimbau, agar sampah para pendaki dibawa turun, saat turun gunung.Â
Namun ternyata, membawa sampah sendiri saat turun gunung, itu bukan solusi maksimal pelestarian lingkungan sekitar gunung. Dan jawabannya saya temukan, saat saya menghadiri acara 9.9 EIGER SUPER SHOPPING FESTIVAL di Bandung. Salah satu pembicaranya adalah Siska Nirmala salah satu Eiger Friends.
Kenapa Bawa Turun Sampahmu dari Gunung Tidak Maksimal?
Pertanyaan ini langsung ada di benak saya, saat Siska menjelaskan hal tersebut. Sebabnya, sampah yang dibawa turun dari gunung itu, tidak semuanya bisa didaur ulang. Banyak yang menolak sampah dari gunung. Misalnya tissu basah, itu tidak bisa didaur ulang kembali. Akhirnya, tetap akan menjadi sampah.
Kemudian, sampah yang paling banyak di gunung itu adalah sampah plastik, termasuk botol-botol kemasan air minum. Padahal, sampah plastik ini, sangat berpengaruh bagi lingkungan. Menurut Siska, sampah plastik mayoritas menjadi residu/polutan atau akan menjadi polusi, daripada didaur ulang.
Lalu Bagaimana Solusinya?
Solusi paling bijak menurut Siska adalah dengan mengurangi sampah yang ada di gunung. Caranya, dengan membawa perlengkapan sendiri selama mendaki atau naik gunung yang tidak menghasilkan sampah. Misalnya membawa botol minum sendiri, membawa saputangan atau handuk kecil, dan lainnya. Dan semua itu, harus dimulai dari diri sendiri, dan selanjutnya akan menyebar ke orang lain.