Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 23 Juni 2020. Judul tulisan ini bukan menakut-nakuti. Jauh api dari panggang begitu kira-kira pribahasanya. Memang sesuai prediksi di awal dan seperti tulisan-tulisan sebelumnya, serta paparan-paparan saya di kesempatan seminar dan pelatihan-pelatihan virtual (webinar).Â
Dari sudut pandang neuroekonomi; kita tidak usah menunggu masa pandemi COVID-19 ini selesai. Walau kita wajib mendoakan agar segera berlalu. Dampak krisis ekonomi pastinya akan terjadi. Bagaimana keyakinan dan semangat untuk tidak sekedar bertahan, namun bersatu padu saling mendukung bangkit segera menggerakan roda perekonomian, sukses dan berhasil keluar dari krisis.
Sesuai yang diperkirakan sebelumnya bahwa beberapa industri akan terdampak melemah. Selain industri konstruksi dan infrastruktur, industri penerbangan serta otomotif, industri pariwisata terutama bisnis perhotelan (hospitality) termasuk salah satu industri yang terdampak paling awal.Â
Tsunami gelombang PHK alias pemutusan hubungan kerja secara masif tidak lagi dapat dibendung. Namun ekonomi dituntut agar tetap bertumbuh terus. Realita nantinya, sesungguhnya tidak sengeri yang dibayangkan. Bisnis pada akhirnya hanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian. Perlu dicatat; hal ini berlaku untuk semua industri.
Memasuki new normal atau adaptasi kebiasaan baru merupakan momen terbaik bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan seleksi SDM. Menahan sumberdaya manusia yang berkualitas dan bermental tangguh, yang agile dan cepat beradaptasi.Â
Pada awalnya mereka mungkin merasakan feeling scratchy, yang merupakan indikasi sinaps-sinaps bertumbuh dan neural pathways kebiasaan-kebiasaan baru sedang terbentuk. Kebutuhan SDM akan menyesuaikan proses bisnis dengan kebiasaan-kebiasaan baru. PHK dilakukan sebagai salah satu alasan menaikan posisi tawar untuk memperbaharui kontrak dan satus karyawan.
Seperti paparan penulis di workshop webinar bertemakan "Bagaimana menyikapi pandemi COVID-19 dari perspektif Neuroekonomi" yang diselenggarakan oleh Politeknik STIA LAN Bandung, pada tanggal 17 Juni 2020 yang lalu. Diskusi dimoderatori oleh Bp. Dr. Abdul Rahman, S.K.M., M.Si., Ketua Program Studi Administrasi Bisnis Sektor Publik.Â
Diikuti oleh lebih dari 1400 partisipan yang mendaftar. Berbagai provinsi dan beberapa negara. Bahwasannya; individu atau kelompok, termasuk perusahaan, akan menyikapi berbeda-beda pandemi sebagai suatu perubahan yang memberikan manfaat atau tidak. Tergantung mereka apakah ingin cepat beradaptasi mencari tahu dan mempelajarinya dari pengalaman pandemi-pandemi yang pernah ada.Â
Ada SARS, ada MERS, yang sebagian orang masih segar mengingatnya. Bila kita membuka sejarah juga masih banyak lagi pandemi pernah terjadi, mulai dari wabah justinian, black death, cacar, kolera, flu spanyol, flu babi, ebola, dan sebenarnya masih banyak yang lain lagi. Ada yang tercatat dan terekam kejadiannya, mungkin ada pula yang tidak.