Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 21 Mei 2020. Pada kesempatan salah satu ngobdar ramadhan komunitas Neuronesia (red. ngobrol daring - dalam jaringan) sempat dibahas seputar neurofinance, terutama dalam menyikapi masa pandemi ini.Â
Sebagai pembicara utama Muhammad Abdul Ghani, PhD., peneliti senior Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah, FEB-UI. Menurutnya kenapa penting neurofinance untuk menjadi suatu bahasan yang perlu diaplikasikan terutama dalam keputusan dan kebijakan; pertama, pemahaman aktivitas otak di dalam pengambilan keputusan keuangan menjadi sangat penting karena keseharian hari ini manusia dihubungkan dengan pemanfaatan teknologi Big Data yang terlalu banyak menyediakan data untuk kita memprosesnya dan mengambil keputusan serta menghasilkan kebijakan.
Kedua, dengan adanya neurofinance ini memberikan penjelasan kenapa seseorang mengambil keputusan yang diambil atau kebijakan yang dibuat. Misalkan kenapa katakan si Fulan membeli saham yang bukan kategori 'blue chip'. Kemudian yang ketiga, dengan hadirnya neurofinance mampu memberikan model ekonomi. Kita dapat membuat model ekonomi yang 'robust'.Â
Karena pada umumnya model ekonomi yang ada sebelumnya, terlalu terpengaruh oleh matematika yang rigid dan tidak realistis. Misal, ketika GDP itu 100 juta atau 100 milyar, tapi seseorang menghasilkan 50 milyar namun yang lainnya tidak, maka GDP pun itu akan dipertanyakan. Intinya tidak dapat mengakomodir atau menjembatani gap atau inequality.
Keempat, kenapa setiap orang berinvestasi dengan motif yang berbeda-beda. Bisa dilihat  dan diinvestigasi dari motivasi, emosional dan kepribadiannya dengan metoda pendekatan neurosains itu. Menggunakan teknologi pencitraan dan pengukuran otak seperti EEG dan fMRI. Ketika psychological utility function diabaikan maka sangat berbahaya bagi investor.Â
Karena hanya memasukan pertimbangan kalkulasi atau perhitungan tanpa mengindahkan bahwa kenyataannya manusia adalah mahluk yang memiliki emosi dan memiliki pemikiran dalam pengambilan keputusan.Â
Jadi pada saat dalam pengambilan keputusan hanya memasukan data-data yang ada, menjadikan manusia tidak lebih seperti layaknya robot. Karenanya mengapa neurofinance menjadi sangat penting untuk dipelajari.
Beberapa unsur emosi yang dimasukkan ke dalam perspektif definisi seperti; emosi yang berkaitan dengan kepercayaan, emosi yang berkaitan dengan seseorang dan suatu situasi tertentu, emosi yang berkaitan dengan hormonal dan nervous system, emosi yang berkaitan dengan ekspresi, emosi yang berkaitan dengan valensi perasaan senang ataupun sedih, serta emosi yang berkaitan dengan kecenderungan untuk melakukan tindakan.
Konsep teori yang dikembangkan oleh Russell (1980) yang dipergunakan untuk memetakan hasil dari pengukuran menggunakan EEG dengan dua variabel (Fochmann, Hemmerich, Kiesewetter, 2016).Â