Krisis ekonomi berkepanjangan landa Nusa Tenggara Barat (NTB) dari tahun 2018 sampai sekarang. Krisis ini dipicu oleh gempa 7 skala richter, covid 19 dan penyebaran wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang sebabkan semua pasar ternak di NTB ditutup.
Ketiga musibah tersebut telah memukul perekonomian masyarakat dan pembatasan aktivitas ekonomi. Sehingga, banyak penduduk NTB yang melarikan diri ke Malaysia, Saudi Arabi dan negara-negara lain baik via legal maupun ilegal.
Kondisi ini berbeda dengan data Bank Indonesia (BI) yang merilis kondisi perekonomian NTB mengalami perbaikan.
"Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi NTB per Februari 2022 mengalami perbaikan dibandingkan Februari 2021. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 3,97% pada Februari 2021 menjadi 3,92% pada Februari 2022. Ditinjau secara spasial, tingkat pengangguran di perkotaan per Februari 2022 mengalami penurunan sedangkan di perdesaan mengalami peningkatan," tulisnya.
Tingkat kemakmuran pun diyakini alami perbaikan dan memurunnya tingkat kemiskinan.
"Tingkat kesejahteraan di Provinsi NTB untuk periode September 2021 mengindikasikan adanya perbaikan dibandingkan periode September 2020 dan September 2019. Jumlah penduduk miskin pada periode September 2021 tercatat 13,83% dari keseluruhan penduduk NTB, menurun dibandingkan periode September 2020 yang tercatat 14,23% dari total penduduk serta sudah sedikit membaik dibandingkan periode September 2019 (pra pandemi) yang tercatat sebesar 13,88%"9," lanjutnya.