Mohon tunggu...
BAMA MARHAENDRA ADIKARNO
BAMA MARHAENDRA ADIKARNO Mohon Tunggu... Pelajar

Saya suka otomotif dan sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realita Ekonomi, Kesenjangan Sosial dan Aktivitas Ekonomi di Desa Buntu

15 April 2025   09:26 Diperbarui: 16 April 2025   08:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 17 sampai 20 Februari 2025 penulis serta murid-murid kelas 10, SMA Global Prestasi Bekasi melakukan kegiatan sekolah yaitu Local Immersion Global Prestasi School di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosbo sebagai bagian dari program sekolah tahun ajaran 2024-2025 dengan menggunakan tema "Local Wisdom, the Bridge of Unity: Building a Stronger Indonesia". Kegiatan Local Immersion didampingi guru sebagai homeroom dan mentor P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam Kurikulum Merdeka, kegiatan -- kegiatan yang dilakukan di Local Immersion berupa sumbangan ke posyandu, aktivitas bazaar pakaian, mengajar dan bermain bersama anak sekoah dasar, dan berbagi pengalaman hidup bersama dengan penduduk lokal. Penulis menggunakan teknik observasi partisipatoris dan pendeketan etnografi.

Kegiatan Local Immersion dilakukan setiap tahun oleh anak kelas 10, kecuali saat pandemi lalu. Dari apa yang di observasi oleh penulis, kondisi ekonomi di Desa Buntu sangat beragam, ini dapat terlihat dari kondisi setiap rumah host parent, dimana kondisi rumah -- rumah di desa buntu beragam. Warga -- warga Desa Buntu sangat antusias dengan kedatangan kami dan sangat menanti-nanti bazaar pakaian yang di adakan oleh GPS.  Namun beberapa orang tua asuh lainnya merasa biasa -- biasa saja atas kedatangan bazaar ini.

Ini dapat dikorelasikan dengan kesenjangan sosial di Desa Buntu, biasanya yang antusias dengan adanya bazaar adalah bagian dari masyarakat yang kurang mampu dan sebaliknya bagi yang kurang antusias. Ini juga dapat diobservasi saat bazaar tersebut sedang berlangsung, penulis menggunakan teknik observasi covert, dan yang penulis observasi adalah, warga desa menawar pakaian -- pakaian yang dijual dengan gila-gilaan yang awalnya RP15.000 sampai menjadi RP5.000 bahkan ada yang sampai RP2.000, dan terjadinya pengambilan baju tanpa bayar dari bazaar, beberapa berhasil dan beberapa ketahuan, ini ada korelasinya dengan kemampuan ekonomi warga desa buntu dan oknum dalam desa buntu yang mengambil kesempatan untuk tidak bayar. Warga yang mengambil baju tanpa bayar mungkin memiliki perekonomian yang kurang, dan memiliki mindset yang buruk.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun