Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asam dan Garam Pisah Ranjang

26 Juli 2017   08:20 Diperbarui: 26 Juli 2017   08:48 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
garam asam patah hati. Pic. editan pribadi

Kalau nggak mau dengar emak-emak ngomel, jangan bicara soal garam. Harga garam bukan hanya melambung. Walaupun emak-emak punya duit lebih, barangnya langka. Bagi Bapak-bapak harus  punya sedikit pengertian. Kalau masakan  kurang garam jangan menyalahkan istri di rumah. Lalu mau ngomel sama siapa?

Mau ngomel sama menteri Susi yang ngurusin soal garam juga percuma. Paling seperti biasanya di cuek saja. Para nelayan yang memprotesnya ke istana, dan berkas protesnya sudah disampaikan kepada staff kepresidenan saja Ibu menteri cuek habis. Berkas protes itu nampaknya sudah tenggelam sebelum Ibu Susi menenggelamkannya. Begitulah nikmatnya menjadi menteri yang telah berhasil menabung popularitas.  Kementrian terkait semisal kementerian perdagangan  juga nyaris tak terdengar.

Mau mencari tahu  di media  dalam  soal jalan keluar persoalan garam ini juga akan sia-sia. Ada berita Pak Presiden menegur dua menteri. Itu bukan soal garam, tapi soal iklim investasi. Ada berita Pak Presiden mengumpulkan tokoh parpol pendukung pemerintah. Itu bukan soal garam, tapi soal ambang batas 20 persen.

Berita yang menyangkut soal pangan yang cukup heroik datang dari kepolisian. Dalam berita tertulis, Kapolri bertekad akan memberantas mafia beras. Kalau dijadikan judul ala Koran kuning  jelas nggak nyambung. Misalnya, Harga Garam Melambung, Kapolri Bertekad Berantas Mafia Beras!

Ini memang era nggak nyambung. Berdampak pada hubungan mesra antara garam dan asam yang selama ini selalu setia. Walaupun asam di gunung dan garam di laut, tapi bertemunya di panci juga. Kemesraan itu sekarang terganggu. Hanya nampak asam dalam panci. Garam entah tidur di rumah siapa. Bersama siapa. Celakanya, tidak ada satu pun yang peduli pada kerinduan asam yangmenanti garam dengan harap-harap cemas campur cemburu yang tak tertahankan.

27072017

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun