Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Unjuk Rasa Dholalah, Unjuk Rasa Hasanah

17 Oktober 2019   10:50 Diperbarui: 17 Oktober 2019   11:07 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namanya juga unjuk rasa, kan mestinya bisa bermakna protes karena ketidak sukaan bisa juga dengan cara berpesta karena rasa cinta. Polisi melarang unjuk rasa protes terhadap revisi UU KPK jelang dan saat pelantikan presiden Jokowi. Tapi untuk rencana unjuk rasa pesta karnaval budaya karena saking cintanya pada jokowi, polisi cuma mengimbau agar dibatalkan. Padahal kedua-keduanya sama-sama menggunakan fasilitas umum yang otomais mengurangi kenyamanan masyarakat yang beraktifitas.

Dua perlakuan yang berbeda ini maka boleh dibilang, unjuk rasa protes itu sama dengan unjuk rasa dholalah, dan setiap dholalah itu kemungkinan akan berkahir filpenjara. Sudah dilarang kok maksa, gitu. Unjuk rasa pesta karena cinta adalah unjuk rasa hasanah yang bisa saja ujungnya sekurang-kurangnya akan masuk surga dunia. Kalau nggak bebas wara-wiri di istana, bisa juga beberapa relawan yang akan jadi komisaris BUMN seperti yang sudah-sudah.

Soal larangan unjuk rasa protes ini juga punya sedikit masalah. Presiden Jokowi pada wartawan mengatakan, tidak ada larangan berdemo jelang pelantikan presiden. Ketika dikonfirmasi ke polisi, polisi tetap kekeh pada pendiriannya, walaupun presiden tidak melarang, polisi tetap melarang. Polisi mengklaim memiliki diskresi meski Presiden Joko Widodo  tidak melarang aksi unjuk rasa.

"Maka Polda Metro menggunakan kewenangan diskresi kepolisian untuk tidak menerbitkan STTP Unras sesuai dengan pasal 6 Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998 tentang penyampaian pendapat di muka umum," tutur Argo saat dikonfirmasi, Rabu (16/10) sebagaimana dikutip CNN Indonesia.

Perbedaan kebijakan presiden dengan bawahannya bukan barang baru. Hal itu  sering terjadi. Menteri mau naikin BBM, sudah diumumkan, presiden membatalkan. Presiden nggak mau impor, menterinya tetap impor. Banyak deh contoh lainnya.

Dengan larangan unjuk rasa dholalah ini, seolah negara dalam keadaan darurat. Pelantikan presiden yang mestinya disambut riang gembira oleh rakyat, suasananya malah jadi tegang. Kontras sekali dengan kubu relawan Jokowi yang menyiapkan pesta penyambutan junjungannya.

Kordinator para relawan, Rizal Malarangeng bersama panitia penyambutan presiden baru bolak-bolak ke kantor KSP bertemu dengan Moeldoko membahas unjuk rasa hasanah, perisapan hajatan pesta penyambutan. Jangan tanya, kenapa kantor KSP seolah jadi kantor relawan? Pertanyaan itu hanya akan membuat yang bertanya dicap sebagai kadal gurun. Biar saja. Pemenang boleh menjadikan istana sebagai markas relawan atau apa pun. Makanya menang dong...

Walhasil, para relawan sepakat membatalkan karnaval  budaya dalam rangka menyambut hadirnya presiden kedelapan yang sebelumnya presiden ketujuh. Mereka sih bilangnya acara penyambutannya akan dibiuat sederhana. Tapi ya namanya pesta raja, sesederhana-sederhananya tentu bedalah dengan pesta penyambutan lurah baru. Lihat saja nanti. Masih ingat kan penyambutan Jokowi pada tahun 2014? Walaupun bilangnya akan disambut secara sederhana ya tetap saja... Ya kaya gitu deh. Nyinyir aje. Nggak boleh orang senang ye?

Ya, boleh saja. Mau jungkir balik di jalanan juga boleh. Mau jingkrak-jingkrak di Cibubur juga boleh. Ada apa di Cibubur? Lupa, ya? Di Cibubur kan ada pentas musik oleh para musisi yang izin pentasnya nggak tanggung-tanggung. Langsung datang  ke istana minta restu presiden! Dan tanggal 20 Oktober saat pelantikan Jokowi itu adalah pentas hari terakhir. Pasti meriahnya nggak ketulungan lah. Bisa jingkrak-jingkak sampai kesurupan.

Kenapa kok pelantikan presiden, rakyat dibikin tegang? Tapi kok para relawan masih bisa jingkrak-jingkrak? Coba simak dengan seksama  Ketua Panitia Pelaksana penyambutan Andi Gani Nena Wea sebagaimana dikutip CNN Indonesia berikut ini, " Kami akan sambut presiden saat pulang ke Istana. Kami tidak ingin membiarkan Pak Jokowi sendirian," ujarnya.

Kok dengarnya melas banget ya? Jadi, kalau nggak ada relawan yang menyambut, Jokowi akan kesepian sendirian? Lho bukannya presiden punya rakyat? Rakyatnya pada ngapain? Lho kan rakyat lagi dibikin tegang. Emangnya bisa bergembira dalam suasana tegang? Boro-boro ketawa, senyum saja perlu perjuangan.  Ada juga sih yang tegang malah bikin senang. Itu mah soal lain. Hus! Udah ah daripada tambah ngaco.

17102019

-Balyanur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun