Mohon tunggu...
Nurul Bayti
Nurul Bayti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Hutang Selangit Rakyat Terhimpit

23 Mei 2018   23:01 Diperbarui: 23 Mei 2018   23:07 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutang Selangit Rakyat Terhimpit

Oleh Nurul Sakinah Bayti, S.Hut

Wirausaha & Member Developer Property Syariah

Sebagaimana dikutip Liputan6.com dari data APBN Kita, Jakarta, Kamis (17/5/2018), utang pemerintah Indonesia per April ini yang sebesar Rp 4.180,61 triliun, terdiri dari pinjaman Rp 773,47 triliun dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 3.407,14 trilyun.

Paradigma Hutang

Pernah mendengar hutang sebagai penyemangat hidup? Paradigma salah ini, rupanya banyak menjangkiti cara berpikir masyarakat. Bahkan sudah menjadi hal wajar dalam dunia perbisnisan. Ketika masyarakat membutuhkan dana instan, alhasil banyak lari mengambil solusi hutang. Ketika anak butuh sekolah, hutang menjadi jalan keluar bagi kebanyakan orang. Butuh modal tambahan, hutang pun menjadi cara "terbaik" bagi mereka yang ingin mengembangkan usahanya. Sehingga mereka mengganggap wajar ketika berhutang.

Lantas bagimana kalau paradigma ini juga menjangkiti negara? Ketika negara membangun ekonomi rakyatnya melalui hutang. Negara membangun sarana infrastruktur juga dari utang. Bahkan paradigma salah yang selalu digaungkan para penjaja ekonomi neoliberal ke negeri ini. Bahwa Indonesia tidak akan mampu membangun negeri, kalau tidak berhutang. Dan serasa ini diaminkan oleh para pejabat negara. Buktinya mereka bukannya mencari cara untuk segera menutup hutang tersebut, tapi malah memperbanyak hutang-hutang baru. Alhasil ya hutang akan diturunkan sampai ke anak cucu bahkan cicit.

Meluruskan Persepsi

Pilihan terhadap suatu perbuatan, ditentukan oleh persepsi/pemahaman seseorang. Ketika persepsinya benar, maka perbuatan yang dilakukan pun benar. Demikan pun sebaliknya, ketika persepsi yang dibangun salah, alhasil akan mengambil tindakan yang salah juga.

Termasuk dalam berhutang. Bagi individu, ketika berhutang dianggap sebagai penyemangat hidup. Dampaknya banyak orang yang mengambil hutang. Untuk menyemangati hidup dengan berhutang. Berhutang bukan karena terdesak kebutuhan. Namun serasa menjadi trend hidup masyarakat.

Berhutang memang boleh. Sebatas untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak. Bukan menjadi trend hidup. Bukan juga hutang yang mengandung riba. Karena hukum riba ini jelas keharamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun