Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semi Ndolu: Mengurai Benang Kusut Pendidikan

11 Februari 2021   08:34 Diperbarui: 11 Februari 2021   08:41 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Semi Ndolu, S.Pd - Kepala SMKN 4 Kota Kupang)

(Sebuah Catatan Jurnalistik)

Hari masih pagi. Gerimis tak kunjung henti. Melanjutkan tidur atau bergegas bangun selalu menjadi pilihan tersulit di musim penghujan seperti ini. Alarm pagi ini mengingatkanku. Pukul 09.00 WITA ada workshop penulisan modul pembelajaran bagi guru dan pelatihan Microsoft for Office bagi tenaga kependidikan di SMKN 4 Kota Kupang. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari (26-28 Januari 2021). Tim Media Pendidikan Cakrawala NTT juga dilibatkan sebagai narasumber. Sebagai jurnalis, saya turut terlibat dalam kegiatan ini.

Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan kegiatan ini. Tanpa menunggu lama, saya segera bergegas. Berpacu dalam gerimis menuju sekolah yang letaknya tidak cukup jauh dari tempat tinggalku. Beberapa guru tampak sibuk merampungkan modul pembelajaran. Tidak ada siswa yang ke sekolah. Pandemi Covid-19 adalah musabab siswa diharuskan belajar dari rumah. Komplek sekolah tampak lengang.

Setelah bersalaman a la protokol kesehatan dengan para guru di ruang workshop, kami menuju ruang kerja kepala sekolah. Perbincangan mengenai pendidikan dan literasi berlangsung hangat di ruangan ini. Semi Ndolu, S.Pd., Kepala SMKN 4 Kota Kupang membagi gagasannya tentang pendidikan di sekolah ini. Saya menyimak sambil sesekali mengumbar tanya untuk menghangatkan diskusi kami pagi ini.

Menurut Semi Ndolu, problem pendidikan di Indonesia tergolong kompleks, baik dari sisi regulasi maupun implementasinya. Salah satu problem klasik pendidikan di negeri ini adalah kita memaksakan siswa bisa sedikit dari banyak, bukan menguasai banyak dari sedikit. Ada siswa yang kemampuan Bahasa Inggrisnya rendah, sementara Matematika dan Fisika tergolong bagus. Mestinya kita mendorong siswa tersebut untuk fokus mendalami Matematika dan Fisika bukan menuntutnya menguasai Bahasa Inggris secara baik supaya semua nilainya bagus.

Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, tidak bisa dilakukan dengan cara yang sama tapi harus dengan cara yang berbeda pula. Pola-pola konvensional yang kita terapkan selama ini terbukti tidak mampu mendongkrak kualitas pendidikan kita menjadi lebih baik. Sudah saatnya kita berbenah. Persoalan kita bukan pada lemahnya SDM peserta didik, tetapi lebih pada pola pembelajaran yang belum mampu menjawabi persoalan.

Bagi Semi Ndolu, sekolah bukan sekedar tempat mengajar anak dari tidak tahu menjadi tahu.Jauh dari pada itu, sekolah adalah tempat membimbingsiswa untuk bisa memecahkan persoalan hidup di masa depan. "Bagaimana siswa mampumenyelesaikan soal kehidupan, itu yang paling hakiki. Anak pintar sekalipun, berhadapan dengan persoalan kehidupan, ketika dia tidak tangguh, tidak kuat dan tidak mampu menghadapinya, bunuh diri bisa menjadi solusi buatnya", ucapnya lirih.

Pola mengajar text book only sudah bukan zamannya. Jangan sampai kita masuk kelas pegang buku, membacakan apa yang ada di buku lalu seolah-olah hidup ini hanya di dalam buku. Ketika berhadapan dengan soal yang diluar buku, siswa kebingungan. Ujian kehidupan dan ujian di sekolah tentu berbeda. Ujian sekolah belajar dahulu baru diuji, sementara ujian kehidupan diuji baru belajar. Disinilah peran sekolah untuk membantu siswa memecahkan persoalan kehidupan.

Pembelajaran yang baik adalah problem based learning. Belajar berbasis masalah. Beri siswa persoalan dan minta siswa mengerjakannya. Siswa yang mampu menyelesaikan persoalanlah yang perlu diapresiasi dengan memberikan nilai bagus. Dalam menyelesaikan suatu kasus misalnya, siswa akan belajar banyak hal.Skill siswa akan benar-benar terasah ketika berhadapan langsung dengan suatu persoalan. Dunia pendidikan seharusnya bisa berpikir sampai ke sana.

Berhenti memberi nilai hanya untuk memenuhi keinginan guru. Inilah kecelakaan besar dalam dunia pendidikan kita saat ini. Semisal demikian, pada pelajaran Bahasa Inggris ada siswa pintar tidak bisa hadir oleh karena sebab tertentu. Ketika diberi tugas dia tidak mengerjakannya karena ada kendala tertentu. Lantas, kita jangan menafikkan anak itu punya kemampuan Bahasa Inggris yang bagus. Conversation, reading dan writing-nya bagus. Hanya gara-gara tidak hadir di jam pelajaran sesuai jadwal nilainya menjadi nol. Apa benar harus demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun