Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Trans Substansi Makna Salam Tempel Vs Tempel Salam Batas Jogja Magelang

15 Juli 2019   19:16 Diperbarui: 15 Juli 2019   19:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trans Substansi Makna ["Salam Tempel"]VS [Tempel Salam] Batas Jogja Magelang

Jika hendak liburan ke Jogja kemudian dilanjutkan ke Candi Borubudur maka kita bisa turun di Stasiun Tugu atau di Stasiun Lempuyangan  dengan naik kereta Api Bogowoto. Gajahwong, Fajar Utama, Senja Utama, Bogowoto, atau Senja Utama Solo dari Pasar Senen.  Atau jika naik dari Gambir bisa memilih  Argo Dwipangga, Taksaka, Bima, Gajayana semua dapat behenti di statiun Tugu Jogja. Dari tugu bisa memesan gojek atau grab online minta ke arah terminal MDc di Jombor dengan biaya kurang lebih Rp 12.000,-.

Maka dari Jombor dengan uang Rp 7.000 atau Rp 10.000, dapat memilih Bus dengan jurusan Jombor ke Candi Borobudur. Bus ukuran 3/ 4 lumayan baik sekalipun seperti ayunan bikin ngantuk. Jalan dari Jombor ke Candi Borobudur  lebih kurang 50 menit, atau 75 menit maksimal.  Maka perjalanan ada perbatasan antara Sleman dan Magelang,  perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta disebut "Salam Tempel".

Maka ["Salam"] adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kecamatan  Salam ini berjarak sekitar 19 Km Kota Mungkid, ibu kota Kabupaten Magelang ke tenggara. Pusat pemerintahannya berada di Desa Sucen. Di kecamatan ini terletak Candi Gunung Wukir.  Maka nama ["Salam"] adalah nama kecamatan yang letaknya ada di sebelah utara  dan barat  gapura Batas  merupakan wilayah administratif dari kabupaten Magelang.

Sedangkan ["Tempel"] adalah Kecamatan berada di sebelah barat laut 6 km dari ibukota kabupaten Sleman  Daerah Istimewa Yogyakarta. Posisi  Tempel adalah nama kecamatan Tempel yang berlokasi di sebelah selatan dan timur gapura Batas Jogja dengan Jawa Tengah.

Pada Tugu batas Jogja dengan Jawa Tengah ini  atau penyatuan menjadi kata [Salam Tempel] jika dari Magelang Ke Jogja, dan sebaliknya jika dari Jogja ke Jawa Tengah menjadi [Tempel Salam]. Batas dua wilayah ini dibatasi oleh Tugu Hitam [Tugu Ireng] Jembatan Sungai Krasak, sungai yang mengalirkan air   Gunung Merapi, dimana gunung Merapi  merupakan batas bagi kedua provinsi. Posisi Tugu Hitam [Tugu Ireng] masuk wilayah Jawa Tengah atau daerah Salam.

Setelah melakukan meditasi, pembatinan  dan melakukan wawancara dengan penduduk setempat pada bulan Desember 2018 lalu, saya memperoleh hasil riset dalam bentuk filologi makna hermeneutika semiotika pada makan mental kesadaran pada tiga teks:  [Salam Tempel], [Tempel Salam], dan Tugu Hitam [Tugu Ireng]. Apa itu makna Hermeneutika Semiotika pada Salam Tempel], [Tempel Salam], dan Tugu Hitam [Tugu Ireng].

Ke [1] Makna umum salam tempel adalah  [Salam, baru Tempel]   yang disertai uang (atau amplop berisi uang) yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami. Semacam hadiah, samping hadiah resmi, salam tempel pun masih tetap diterimanya dalam kebudayaan hari raya keagamaan tertentu; sedangkan makna ke dua kebalikannya [Tempel, Baru Salam] adalah cara resmi seperti acara wisuda, atau penyerahan jabatan atau tongkat kepemimpinan; makan ketiga [Salam dan Tempel Bersamaan] mungkin berkontotasi negative sebagai bentuk sogok, atau pungutan liar [pungli] bisa kena OTT KPK. Kemudian yang menjadi Saksi bisu adalah Tugu Ireng. Sebuah Tugu dengan metafora [menunjukkan batas] dan persis disini maka etika menjadi muncul. Munculnya pembedaan motivasi pada hakekat [dua kata, salam dan tempel].

Ke [2] Makna umum pada Tugu Ireng (Batas Magelang ke Jogja]. Tugu adalah diam, ada dan menjadi saksi bisu. Apa maknanya tugu adalah upaya manusia melakukan [fixed] pada waktu atau pembekuan waktu. Pembekuan waktu adalah upaya manusia untuk tetap kembali kepada sejarah dan pengalaman batiniah paling otentik paling luhur semacam pusaka yang tidak boleh dilupakan. Wajar jika kemudian Presiden Indonesia Pertama, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak boleh melupakan sejarah. Maka dalam semua kebudayaan Tugu, Patung, adalah symbol daya Tarik pada vitalitas kebaikan umat manusia. Ia adalah sejarah, sejarah yang ditrans substansikan menjadi nilai heroism kekinian dalam diri manusia berbudi luhur.

Ke [3] Kata [Salam] dalam morfologi Jawa disebut  {"Sugeng"] atau semacam doa pada keselamatan lahir batin; atau dalam bahasa Inggris ["Greetings] atau  Salam adalah tindakan komunikasi di mana manusia dengan sengaja membuat kehadiran mereka diketahui satu sama lain, untuk menunjukkan perhatian, dan untuk menyarankan jenis hubungan (biasanya ramah) atau  status social  (formal atau informal) antara individu atau kelompok orang yang datang kontak satu sama lain. Salam kadang-kadang digunakan sesaat sebelum percakapan atau menyapa orang lewat, seperti di trotoar atau jalan.  Salam dapat diekspresikan baik secara fisik maupun suara, dan seringkali melibatkan kombinasi keduanya. Topik ini tidak termasuk upacara penghormatan pada militer dan seremonial tetapi termasuk ritual selain gerakan. Salam,  memiliki ritual ucapan salam yang sangat rumit, misalnya menyapa yang berdaulat.

Jika laki-laki itu adalah pelayan sebagai Abdi Dalem, punggawa istana atau khususnya "peko-peko" (diambil langsung dari bahasa Jepang untuk berarti patuh) atau bahkan individu yang sangat formal,  akan mundur ke belakang dengan kepala tertunduk, lengan kiri menyilang di dada dan lengan kanan tergantung, tidak pernah menunjukkan sisi atau punggungnya ke atasannya. Kepalanya harus selalu lebih rendah dari atasannya  sebagai tanda penghormatan dan kepatuhan.  Ada lagi istilah Jawa disebut Sungkem   melibatkan penjepitan kedua tangan, menyatukan ibu jari dengan hidung, memutar kepala ke bawah dan membungkuk dalam-dalam, menekuk dari lutut. Dalam kehadiran kerajaan, yang melakukan sungkem   berlutut di pangkalan tahta. Sungkem merupakan tradisi masyarakat Jawa di mana seseorang bersalaman sembari menundukkan kepala dalam rangka meminta restu atau saling memaafkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun