Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Episteme Marcus Aurelius [5]

23 Maret 2019   15:38 Diperbarui: 29 April 2019   00:14 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Episteme Marcus Aurelius [5]

Tulisan ini adalah hasil riset studi Kepustakaan tentang etika dikaitkan dengan gagasan pemikiran etika Stoa, mulai dari pemikiran Zeno, sampai kepada Marcus Aurelius. Studi kajian ini dilakukan oleh Prof Apollo Daito, dan Pia Oliang Gie (2012-2020). Pada tulisan ini saya menyajikan sebagain gagasan tersebut terutama pada gagasan aliran Stoaism pemikiran Episteme Marcus Aurelius.

Pada tulisan ke [5] dibahas tema tentang "Kesalehan Sebagai Identitas Manusia". Marcus Aurelius menulis, sifat puas dengan dirinya sendiri ketika manusia berjalan dengan baik. Sifat rasional berjalan dengan baik ketika ia menyetujui tidak ada yang salah atau tidak jelas di antara kesan-kesan kesadaran indrawi, mengarahkan impuls ke tindakan komunal, ketika ia menghasilkan keinginan dan kecenderungan untuk hanya hal-hal yang ada dalam kekuasaan, dan ketika hal itu menyambut segala sesuatu yang dibagikan kepadanya secara umum.

Maka Marcus Aurelius ada empat perilaku ini adalah produktif  pada  kesalehan. Gagasan kunci dalam kesalehan manusia adalah  kosmos secara keseluruhan dirancang dengan baik, dan sebagus mungkin, dan bagian-bagiannya sama baiknya dengan yang seharusnya, dan sikap kita terhadap setiap bagian harus diterima atau seperti yang terkadang dikatakan dengan lebih kuat, atau wujud cinta.

Marcus Aurelius mengikuti Epictetus dalam membedakan impuls ("hormone")  pada  keinginan ("orexis"), dan berinovasi dengan membatasi impuls ke bidang aktivitas manusia. Keinginan, sejajar dengan dorongan hati, terbatas pada lingkup kepasifan kita; jadi, kita harus menginginkan apa pun yang menimpa kita.

Menurut Stoa, reaksi kita terhadap apa yang menimpa kita juga impuls, dan hasrat adalah spesies impuls. Marcus Aurelius mengatakan untuk membatasi keinginan pada apa yang terserah pada kita atau untuk memuaskan. Epictetus memberi tahu kita untuk selalu menahan diri  pada  keinginan untuk sementara waktu. Alasan untuk memuaskan hasrat adalah bahaya menginginkan hal yang salah: menginginkan sesuatu berarti meyakini  itu baik, dan memiliki dorongan untuk melarikan diri. Mungkin sikap kita adalah harus mengaitkan hasrat (orexis) dengan mengejar, dan menyambut dengan kepuasan setelah menerima semua hal yang menimpa kita.

Ini memberi  argumen untuk tidak menginginkan hal-hal yang menimpa indra  manusia. Kita mungkin mencatat  Marcus Aurelius, dalam berberapa teks, merekomendasikan untuk tidak menginginkan tetapi menyambut (sabar nrimo atau nrimo ing pandum Jawa) apa pun yang menimpa diri kita sebagai manusia. Metaforanya adalah apapun yang menimpa kita dalam ruang dan waktu sama dengan kondisi anjing ditarik kereta dari Jogja menuju Solo.

Maka sikap kita sebagai manusia ada dua pilihan {a} melawan tarikan kereta itu dengan konsekwensi penderitaan dan kehancuran, atau [b] menyambut (sabar nrimo ata nrimo ing pandum Jawa) tarikan kereta itu sebagai pencapaian tujuan [telos] atau takdir atau [dhike] pada kebaikan atau kesalehan umat manusia. Gagasan Kesalehan Umat Manusia pada pemikirian Marcus Aurelius  menurut saya adalah wujud kesabaran menyambut (sabar nrimo ata nrimo ing pandum Jawa) sebagai takdir manusia apapun yang menimpanya sehingga pada akhirnya melalui cara itu akan dicapai semacam Dike (bahasa Yunani: 'keadilan")  atau  personifikasi pada keteraturan moral dan kedilan pada umat manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun