Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Debat Cawapres: Mencari "Arjuna Sejati"

14 Maret 2019   16:04 Diperbarui: 14 Maret 2019   16:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat Calon Wakil Presiden : Mencari "Arjuna Sejati"

Sesuai dengan jadwal yang dibuat KPU Republik Indonesia maka jadwal Debat III Waktu: minggu Legi pada tanggal 17 Maret 2019 Lokasi: Hotel Sultan, Senayan Tema: Pendidikan kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya Peserta: Calon wakil presiden.

Bagimana tafsir metafisik debat ini, tentu saja banyak pendekatan yang bisa diterangkan dengan dalil dan argumentasi. Secara sudut padang metafisik saya dapat menyebutkan dua hasil dalam Dialektika, Logika, dan Retorika debat Calon wakil presiden.

Ke [1] Dialektika, Logika, dan Retorika  belum atau tidak dapat menciptakan "modalitas Perubahan" perababan bangsa Indonesia yang idial; atau hanya angan-angan menjadi resi Bima atau Bisma  yang rela berkorban dirinya demi umat manusia; atau resi Batara Kresna yang berusaha moksa menjadi tokoh pandawa yang sampai kepada puncak kejayaan seperti dalam metafora gunung Mahameru. Sejatinya dua tokoh ini dalam dua kubu, hanya menghasilkan metaphora dalam kisah disebut "satria bolo-tengen kanan" ; sedangkan 100 kurawa "menghuni" bolo tengen kiri atau bolo kiwo.

Maka debat calon wakil presiden tidak menghasilkan pada metafora salah satu dari pandawa 5 adalah Herjuna atau Arjuna, metafora air dari surga. Arjuna adalah penghuni dua dunia antara: surga dunia. Dalam kisahnya Arjuna banyak istri dan perempuan selir. Maka inilah yang kemudian menghasilkan macam macam dan banyak cabang ilmu atau displin episteme ilmu menjadi dan berusaha menjadi bijaksana (king philosopher). Maka dari keturunan Arjuna yang bisa menjadi "pemimpin" di Tanah Jawa atau keturunan inilah yang menguasai ilmu "menghuni" dan "membangun" peradaban Indonesia Kuna, dan masih diyakni sampai hari ini.

Ke [2] Debat para calon wakil presiden ini tidak lebih sama dengan metafora dalam "Joto Gimbal", lan  "Joto Gini,; atau kakak beradik yang selalu mencintai satu dengan lainnya. Akhirnya "Joto Gimbal", menyamar  sebagai Arjuna untuk dapat bersanding dengan Sembodro, dan "Joto Gini" menyamar  untuk mendapat cinta mas Arjuna. Maka "Durgalah persisnya". Di hutan (dalam dialog) mereka bertemu memadu kasih memproduksi hasrat dan menghasilkan buah kehamilan.

Saat terjadi buah produksi apa yang dilakukan dalam bungkus menyamar, dan hamil barulah mereka berkata Jujur tentang siapa "diri mereka". Arjuno atau Jono atau Sujono dalam metafora ini menggambarkan kembalinya sifat umum iri hati dengki, karena tidak punya, dengki karena lebih mampu, atau dengki karena kedangkalan kebijaksanaan  atau karena ketidaktahuan. Atau mungkin "nyinyir" atau Arjono mengira dirinya "Arjuna Sejati".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun