Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Riset Filsafat Seni Memesis

9 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 9 Desember 2018   09:55 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riset Filsafat Seni Memesis

Pada tulisan ini saya menjelaskan singkat hasil riset saya dengan bapak Kampret Boediono seniman kawakan dan dosen seni. Objek penelitian adalah  bangunan yang ada di Jakarta khususnya bangunan modern dan banguan bertingkat. Riset dilakukan selama 3 bulan.  Dan salah satu gedung yang dapat ditafsir secara memesis adalah gedung  BNI 46 Jalan Jenderal Sudirman.

Apa itu Riset Memesis. kebenaran umum seni saya sebut sebagi memesis. Kata ini sama dengan (Meniru atau Memesis, atau imitasi, replikasi), seperti lukisan adalah tiruan, fotocopy, gambar kamera. Pesawat terbang adalah tiruan burung,  nada music meniru nada dalam bunyi balok yang dipukul maka disebut nada balok, Mouse computer meniru hewan tikus,  diving renang meniru kaki katak, CCTV, atau infokus meniru biji mata, dan seterusnyanya.  Dengan demikian, semua "seni tiruan, atau memesis, atau seni gambar" (seni rupa) membutuhkan "kehidupan beradab bersama dengan komunitas manusia,"

 Platon dan kata ["eidos" Platon] benda tiruan (memesis) pada idea, dan forma. Atau oleh Edmund Albrecht Gustav Hussrel adalah metode reduksi fenomenologis, dan reduksi eidetic adalah esensi murni pada sisi tersembunyi murni pada objek baik pada hal yang sudah diketahui, belum diketahui, dan tersembunyi secara mendalam lagi. 

Dalam bahasa Jerman istilah "lebenswelt" atau pengalaman murni melalui reduksi transcendental atau kesadaran tertuju pada obyek atau sesuatu atau dikenal dengan ["intensionalitas"]. Atau dalam  tradisi Yunani Kuna ada disebut Paradigma Homerik dengan istilah "paradigma memesis". Melalui "paradigma memesis" atau pendekatan peniruan jangkauan indra manusia atau contoh teladan "Odysseus".

Lalu apa gedung hasil riset filsafat seni, yang sudah saya dan bapak Boediono Kampret lakukan. Gedung BNI 46.  Jika diperhatikan dengan seksama dan dilakukan transformasi kebatinan sesungguhnya gedung BNI 46, mirip dengan visual "Kelopak Bunga".  Dan bank memang penghasilannya berasal dari Bunga Bank, atau pemberian Kredit.

Bagimana tafsir Hermeneutika dan Memesis inti pada "Kelopak Bunga" memiliki sifat alamiah dasar, yang diberikan kuasa oleh Tuhan Semesta Alam, gambaran bayangan semesta dan kodrat alam. Hidup adalah bersifat siklus; buga, biji, pohon, buah, bunga, biji, pohon, buah biji, dan seterusnya. Tidak ada ide fixed dia berubah dengan waktu berubah, semuanya menjadi. Atau saya sebut inkarnasi transposisi abati: bunga biji, pohon, buah, mati, bunga biji, pohon, buah, mati.

Bentuk bangunan Gedung Bank BNI 46, seperti kuncup "Bunga Kantil" adalah wujud bersifat {"abati"}: bunga biji (awal, timur, purwo, atau wiwitan), buah, mati, bunga biji, dan seterusnya adalah symbol siklis Jawa Kuna bahwa {"manuswa, manjalma, menitis, punarbhava), semacam bentuk reinkarnasi yang tepat dalam repleksi batiniah atau "Geisteswissenschaften".

Makna bebas lain pada Gedung Bank BNI 46 lahir 5 Juli 1946,  adalah metafora perjalanan batin ("Dewi Kunti") ibu para punggawa (lima) dimaknai menjadi ("papat keblat, kelimo pancer"). Menjadi arah wilayah, dan arah angin. Misalnya empat alegoris, literal, mistikal adalah arah angin kekuasaan: timur, barat, utara, selatan, (dan di tengah di Jakarta Pusat) atau Jawa Tengah atau Joglo Semar. 

Atau bermakna Gedung Bank BNI 46, metafora nasasi batin ("Dewi Kunti") ibu para punggawa pandawa menjadi relevan dalam takdir manusia pada ruang dan waktu "dokrin Neptu Jawa Kuna" pada logika matematika hari Legi jumlah 5, Pahing jumlah 9, Pon jumlah 7, Wage jumlah 4, Kliwon jumlah 8. Sebagaimana spiritualitas pendiri  BNI 46  adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo. 

Kata nama Raden Mas Jelas memahami fondasi dalam nilai-nilai Jawa Kuna, dan Indonesia Kuna.  Sebagimana diketahui Raden Mas Margono Djojohadikusumo (lahir 16 Mei 1894, dan meninggal 25 Juli 1978 usia 84 tahun) adalah pendiri Bank BNI 46. Ia adalah orang tua dari Begawan Ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, dan sekarang adalah Prabowo Subianto adalah cucu pendiri Bank BNI 46.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun