Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hegel | Filsafat Sejarah [7]

9 Oktober 2018   13:02 Diperbarui: 9 Oktober 2018   13:59 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hegel| "History of Philosophy" atau " Filsafat Sejarah" [7]

Menegangkan, dan tidak mudah memahami buku ini, 24 kali saya membaca belum paham sepenuhnya selalu ada pemahaman saya yang meleset, kurang, dan memang rumit dibutuhkan ketekunan mental untuk memahami Hegel. Maka ketekunan dan tahan duduk lama supaya dapat memahaminnya.

Maka pada tulisan ini saya akan memaparkan singkat tentang teks Hegel| "History of Philosophy" atau Filsafat Sejarah.  Teks ini terdiri dari pengantar Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), pada serangkaian ceramah kuliah tentang "filsafat sejarah" atau ada dalam teks Lectures on the History of Philosophy (LHP; German: Vorlesungen uber die Geschichte der Philosophie, VGPh, delivered 1819, 1820, 1825-6, 1827-8, 1829-30, and 1831).  

Hasil pembatinan saya setelah membaca teks Hegel  sebagai berikut. Pengertian "Filsafat Roh" mempelajari bagaimana ["Yang Absolut"] mengenali dirinya kembali, menjadi sesuatu yang "ada dan pada dirinya" atau ada yang berpikir tentang dirinya.  Hegel menyebutnya "Roh".  

Filsafat Roh dibagi dalam tiga bagian (I) Roh Subjektif  terdiri tiga tahap, (a) peralihan Alam ke Roh, terjadi peralihan dalam jiwa manusia, atau jiwa sebaga subjek yang mengindrai, dan tahap (b) peralihan lebih tinggi adalah "kesadaran diri", dan (c) adalah pikiran (kesadaran) subjektif. Bagian (II)  Roh Objektif atau mengobjektivikasi dalam kehidupan social, politik, dan hukum, meliputi (a) masalah hak atau roh menjelama menjadi benda material (hak milik property), (b) alienasi hak dalam kontrak, (c) sintesis tahap (a) dan tahap (b) sebagai moralitas subjektif objektif. Bagian (III) Dialektika Moral Atau Kesusilaan. 

Sintesis ini tambil dalam kehidupan moral atau "substansi etis" yakni : Keluarga, Masyarakat Sipil, dan Negara. (a) kelurga sifat social manusia yang mengobjektivikasi diri, dan hilang dengan anak-anak dewasa dan menjadi individu berpisah dengan orang tua; (b) maka mengindari kehancuran (a) tambil di sebut Masyarakat Sipil pembagian kerja, spesialisasi dengan institusinalisasi hukum,  maka (c) menjadi momen-momen kehidupan social dalam Negara (sintesis). Maka dengan tiga bagian (I), (II), dan (III) sejarah adalah proses kemajuan menuju kesadaran penuh pada kebebasan.

Berikut ini hasil kajian pustaka penelitian yang saya pakai, khususnya berkaitan dengan bab 6 tentang  Hegel "History of Philosophy" atau  Filsafat Sejarah. Pada bab ini 6, Hegel Hegel sekarang pindah ke divisi ketiganya dalam diskusi tentang Spirit: bentuk langsung yang dibutuhkan di dunia, "bentuk yang dibutuhkan dalam aktualitas." Bentuk ini adalah " materi" di mana tujuan akhir yang rasional harus diwujudkan." 

Dalam pengertian dasar, Hegel mengatakan, materi ini hanyalah subyek manusia (atau subjektivitas pada umumnya),  manusia yang mengetahui dan bersedia membawa Alasan ke dunia. Tidak seperti Spirit itu sendiri, kehendak manusia bergantung pada hal-hal eksternal. Meskipun demikian, "bergerak di antara esensi, dan memiliki esensi diri sebagai tujuan eksistensinya."

Dengan partisipasi melalui nafsu dan esensi abstrak tertentu, manusia membentuk Negara (produk gabungan dua aspek manusia ini, "kehendak subyektif dan kehendak rasional"). Negara adalah "totalitas etis," di mana tepat individu manusia bebas sebagaimana mereka mengakui yang universal (sebagaimana yang diwujudkan dalam prinsip, dan tatanan hukum Negara).

Hegel berhati-hati menunjukkan gagasan tentang Negara sebagai kebebasan sejati (kebebasan dalam Alasan) tidak sama dengan model "kontrak sosial" negara, di mana kebebasan individu terbatas untuk memungkinkan orang lain mendapatkan kebebasan yang sama. 

Kebebasan yang dibatasi oleh Negara, menurut Hegel, tidak lebih dari " tingkah laku" pada keinginan sembrono kehendak subyektif. Negara memungkinkan "hanya kehidupan etis sejati," karena etika yang asli hanya berasal dari kebebasan dalam Alasan (Kebebasan Rasional).

Sejarah dunia, kata Hegel, hanya peduli dengan orang-orang yang membentuk negara. Setiap "nilai" dan "realitas spiritual" apa pun adalah melalui Negara sendiri, karena Negara adalah perwujudan langsung dari "esensi rasional" dari orang-orang tertentu; esensi orang-orang dalam bentuk "secara obyektif ada sebagai pengamat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun