Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Repleksi Manusia: Heidegger, dan Nietzsche [1]

20 Juli 2018   16:11 Diperbarui: 21 Juli 2018   20:34 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repleksi Manusia: Heidegger, dan Nietzche [1]

Pada tulisan ini saya menurunkan tulisan pada Repleksi Manusia: ilmu barat pada sisi metafisika,dan episteme. Adalah tokoh bernama Heidegger, dan Nietzsche, Derrida, berselisih paham dan mengkoreksi kembali pada pemikiran pencerahan ilmu barat.  Jika dipelajari dengan sungguh-sungguh kajian episteme barat maka dapat dikatakan dua sumbu  antara titik A ke titik B, maka posisi ini ditempati oleh titik A adalah filsuf Platon, dan di ujung titik B adalah filsuf Nietzsche.

Sedangkan seluruh filsuf lain saya pastikan berada diantara dua titik tersebut dalam upaya mencari episteme ilmu dalam perabadan manusia. Belajar ilmu tanpa memahami pola pikir titik A,dan B belumlah dianggap memadai, dan cukup. Bukan sedekedar memahami menurut saya tetapi sampai tahap membantinkan bergerak diantara titik tersebut kemudian merepleksikan (kontemplasikan) dalam pemahaman yang melampaui (beyond). 

Pandangan Heidegger ini menurut saya tidak berlebihan jika dikaitkan dengan pendapat   Alfred North Whitehead, dalam kuliahnya di University of Edinburgh, 1927-1928, terbit dalam "Fact and Form", Process and Reality: An Essay in Cosmology, New York: The Free Press, (1978:39),  bahwa   seluruh episteme ilmu-ilmu hanyalah penafsir (eksegetas) catatan kaki pada wacana yang sudah ada sebelumnya, yaitu tulisan-tulisan Platon sendiri.  Semua ilmu Eropa adalah "a series of footnotes to Platon". Repleksi Manusia berjalan pada dua titik tersebut baik bersifat metodis sekeptis empiris sebagai bentuk "kecurigaan".

Martin Heidegger melakukan interprestasi pada pemikiran Nietzsche sebagai pusat pemikiran barat. Interprestasi Heidegger dengan meminjam pemikiran "Der Wille zur Macht", bahwa apa yang paling penting adalah bukan apa yang dikatakan (dibuat narasinya) tetapi makna apa yang tidak dikatakan, apa hakekat apa yang diungkapkan itu. Dan menurut Heidegger tugas ilmuwan atau filsuf adalah membawa yang tersembunyi  keluar dari ketersembunyian ("Aletheia"_ Filsafat Heidegger). Maka ketersembunyian ("Aletheia"_ Filsafat Heidegger) dan keteguhan pemikiran Nietzsche menjadi guru pada filsuf postmodern.

heidegger-ambil-air-prof-apollo-5b51a682677ffb54bf4bddb6.jpg
heidegger-ambil-air-prof-apollo-5b51a682677ffb54bf4bddb6.jpg
Repleksi Manusia: Sein Zum Nietzsche. Sein Zum Nietzsche  ini adalah pemahaman interprestasi oleh Martin Heidegger pada sejarah dua titik sebab akibat titik A adalah filsuf Platon, dan di ujung titik B adalah filsuf Nietzsche  sebagai finalitas filsafat episteme barat. Dalam buku Time and Being oleh Heidegger didefinisikan tentang (a) metafisika sebagai  kebenaran ada "das Seiende" pada kategori terhadap Ada (Being atau "das Sein") menjadi pendasaran semua hal-hal yang ada. 

Ontologis "Ada" atau  ("Being") diberikan oleh para pemikir (b) Planton menyebut sebagai Ide, (c) Aristotle menyebut sebagai "Energia", (d) Cartesian menyebut sebagai "Kesadaran rasional", (e) Hegel menyatakan sebagai Geist atau Roh Absolut, (f) Immanuel Kant menyebut sebagai hukum moral dibatinku.

Repleksi Manusia: Sein Zum Nietzsche  ini adalah pemahaman interprestasi oleh Martin Heidegger bahwa (ada, huruf kecil, dan Ada huruf besar) dan  ada-an lainnya  sebagai bentuk arogansi episteme ilmu, dan kemudian mempersoalkan tentang metode dan kebenaran (seperti dalam buku Hans Georg Gadamer). Maka Repleksi Manusia definisi dan  interprestasi oleh Martin Heidegger selalu berpedoman pada hubungan kausalitas, pemahaman teknis, dan hasil akhir dipastika  memproduksi  3 hal utama kekerasan, metafisika, dan teknologi.

Maka pemahaman interprestasi oleh Martin Heidegger pada repleksi manusia barat adalah (ada, huruf kecil, dan Ada huruf besar) sebagai ada sesungguhnya berasal dari supra indrawi sebagai sesuatu yang idial, satu-satunya paling benar paling akhir  menjadi ide fixed yang mati-matian di bela, dipertahankan dengan atas nama apapun taruhannya.

Maka Sein Zum Nietzsche mengajak umat manusia untuk (a) menilai atau mengevaluasi semua ide nilai, (b) kehendak berkuasa, (c) pengulangan hal yang sama secara abadi (sudah pernah saya tuliskan), dan (d) pemikiran nihilism,  (e ) ubermensch, tipe manusia idial  (f)  dekadensi manusia berpikir.

Ketajaman pisau analisis Sein Zum Nietzsche  berada pada analisinya tentang kehendak menentukan kebenaran tunggal, dan kepastian sebagai ide fixed. Artinya didalamnya ada topeng kehendak untuk berkuasa. Pembekuan atau ide fixed ini dimaksudkan supaya manusia tenang, dan kecanduan.  Maka kebenaran tunggal, dan kepastian sebagai ide fixed   sebagai pedoman, diimani, didokrinkan baik moral, agama, ilmu, kepecayaan, cara bekesenian, cara matematika, cara bahasa, dan semua isme-isme lainnya.

Akibatnya sangat luas dengan kehendak pada kebenaran tunggal, dan kepastian sebagai ide fixed setidaknya akan memimbulkan (a) manusia yang tidak toleransi pada apapun pada ide tunggal yang diyakininya, (b) kehidupan menjadi statis, terbelunggu, pucat, dekaden, dan totaliter, (c) wujud nyata pada ide kekerasan. Maka jika semua kebenaran tunggal, dan kepastian sebagai ide fixed adalah "kematian Tuhan", atau Tuhan telah mati, dan kitalah pemubuhnya.

Akibat selanjutnya dalam dunia yang sudah tanpa Tuhan, tidak ada kebenaran tunggal, dan kepastian sebagai ide fixed, maka disitulah ada "kebebasan manusia", ketika kita semua adalah sama,dan prinsip paling tinggi agung dan kudus adalah kehendak untuk berkuasa (will to power). Keagungan manusia ideal adalah Ubermench,  sebuah upaya pembesaran kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun