Mohon tunggu...
Baizul Zaman
Baizul Zaman Mohon Tunggu... Dosen - -

lahir di pulau Muna, Desa Pure, Kelurahan Labunia, Tahun 1988. Setelah tamat Sekolah di SMA 2 RAHA, saya melanjutkan kuliah di STMIK Dipanegara Makassar sampai tahun 2010. Tahun 2013 melanjutkan Studi S2 Bidang Teknik Informatika Universitas Hasanuddin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revolusi Mental, Mudah Diucap Namun Sulit Diwujudkan

9 Desember 2017   18:21 Diperbarui: 9 Desember 2017   18:28 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pribadi : Saat Motor Berputar di Tanda Larangan

Mental yang bobrok masih menjadi persoalan yang sulit untuk diluruskan di negeri ini. Buktinya, beberapa hari yang lalu, saat melintasi perempatan salah satu jalan di Kota Makassar tepatnya di daerah Tello, saya menyaksikan beberapa pengendara motor melanggar rambu-rambu lalu lintas. Tanpa rasa sungkan, dalam kondisi padatnya kendaraan saat itu, mereka memaksakan diri untuk memutar arah pada jalur jalan yang dilarang untuk berputar. Alhasil, kondisi jalan yang memang sudah macet  menjadi bertambah macet karena ulah mereka.

Pemandangan orang-orang yang melanggar lalu lintas di jalan raya Kota Makassar memang bukanlah hal baru, apalagi diperempatan jalan daerah Tello. Namun, yang kadang membuat dahi berkerut, dada menjadi sesak adalah, meskipun di situ sudah jelas-jelas ada tanda larangan, masih juga ada yang nekat melanggarnya. Padahal, tindakan yang dilakukan itu selain membahayakan dirinya sendiri, juga membahayakan pengendara lainnya.

Entah sampai kapan hal semacam ini akan terus terjadi. Padahal, kalau dipikir-pikir sudah tidak terhitung lagi berapa banyak kecelakaan yang terjadi akibat tidak mengindahkan rambu-rambu lalu lintas seperti itu. Akan tetapi, hal itu sama sekali tidak membuka mata dan hati pengguna kendaraan yang memang tidak memiliki niat untuk patuh terhadap aturan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Akhirnya, kondisi jalan raya semakin semrawut dan menakutkan.

Kebiasaan melanggar memang sudah menjadi budaya yang sangat sulit untuk diubah oleh sebagian masyarakat di kota ini. Akhirnya, sebanyak apapun aturan itu dibuat, maka dampaknya tidak pernah signifikan. Pasalnya, orang-orang itu hanya mengedepankan egonya saja tanpa mau perduli dengan kondisi buruk yang akan tercipta setelahnya.

Ah, mungkin kita butuh hukuman lebih dari sekedar peringatan atau membayar denda agar masyarakat kota ini betul-betul mau menjadi pengendara yang sadar aturan. Kalaupun misalnya hal itu tidak bisa merubah keadaan sama sekali, mungkin ada baiknya kita mempertanyakan kembali, apa benar kita yang tercipta sempurna dengan dilengkapi akal pikiran ini adalah "Manusia?".

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun