Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kholid: Enam Bulan Melawan Tumor Ganas

30 Maret 2015   15:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Photo by Dicky Juanda

Kholid Ferdiansyah seorang bocah berusia 8 tahun dari Desa Peunaga Baro, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, seperti biasa ia bermain sepak bola di suatu sore bersama teman-temannya. Kholid memainkan perannya sebagai pesebak bola dengan girang gembira. Namun, nahasnya bocah ini terjatuh kala itu. Kholid abai terhadap sakitnya karena ia merasa seorang pemain bola berhak jatuh kapan saja.

Pulang ke rumah, bocah kelas satu Sekolah Dasar (SD) Kompleks Budha Tzu Chi – salah satu perumahan bantuan tsunami – ini mengeluh kakinya sakit pada sang ibu, Sri Handayani. Ibunya merasa wajar saja anak laki-laki itu sakit setelah main bola. Sudah berulang kali ibu Sri menasehati supaya Kholid tidak terlalu sering main bola. Kholid yang bandel dan sangat hobi terhadap olahraga ini mengabaikan nasehat sang ibu.

Sakit Kholid tak kunjung sembuh. Sri Handayani dan Naidin sedikit khawatir, terlebih melihat benjolan kecil di kaki kiri putra mereka semakin membesar. Dalam panik dan penuh harap keduanya membawa Kholid ke Rumah Sakit Tjut Nyak Dien, Meulaboh. Sesampai di rumah sakit daerah Kholid langsung ditangani oleh dokter setempat. Tak ayal, kekhawatiran kedua orang tua Kholid terbukti benar adanya. Kholid divonis tumor ganas yang mengancam nyawanya.

Orang tua Kholid yang berprofesi sebagai pemulung kalang-kabut. Mereka tidak tahu harus berbuat apa terhadap kesembuhan Kholid. Dalam keputusasaan, kedua orang yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan ini melarikan kaki kepedihan mereka ke Kantor Bupati Aceh Barat. Rasa kecewa kembali dirasa oleh Sri dan Naidin, pemerintah daerah Aceh Barat malah mengabaikan tumor Kholid yang semakin membesar dalam waktu enam bulan terakhir. Pemerintah daerah beralasan keluarga kurang mampu ini sudah mendapatkan tunjangan kesehatan masyarakat miskin.

Sri dan Naidin benar-benar putus asa. Rumah Sakit Umum Tjut Nyak Dien sudah angkat tangan dan memberi rekomendasi ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin, Banda Aceh. Malang kembali mendera keluarga kecil ini, Kholid juga tidak bisa dibantu penyembuhannya oleh RSUZA. Tumor yang diderita Kholid benar-benar di luar jangkauan mereka dan RSUZA menganjurkan untuk membawa bocah ini ke Medan

Tuhan tidak pernah tidur!

Sekiranya, kita harus percaya akan filosofi ini. Bantuan bisa datang dari mana saja. Pilu hati Sri Handayani dan Naidin sedikit terobati saat wartawan Serambi Indonesia memberitakan tentang Kholid. Berita yang dimuat harian umum Aceh itu menyebar luas dan wartawan televisi di Aceh Barat membuat gebrakan besar-besaran. Para wartawan membuat liputan khusus untuk Kholid supaya ditayang di televisi nasional. Berita dan video dikirim, kisah pedih ini pun tayang di televisi swasta nasional. Salah seorang di antara wartawan televisi tersebut adalah konstributor televisi swasta nasional, Dicky Juanda. Dicky meliput kepedihan Kholid dan ditayangkan tak lama kemudian. Pengakuan Dicky, sampai saat ini produser berita masih menagih perkembangan kesehatan Kholid.

Usai tayang di televisi dan dimuat di beberapa media massa, berita mengenai Kholid semakin menyentuh hati. Seorang mahasiswa, Rahmat, berinisiatif untuk mengadakan penggalangan dana di jalan-jalan utama kota Meulaboh. Baginya, penggalangan dana bukan saja untuk musibah bencana alam. Penggalangan dana bisa direalisasikan untuk kepentingan lain yang tidak tersentuh oleh kalangan kelas atas. Penggalangan dana sudah dilakukan sejak tanggal 28 Maret 2015 dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp. 1.721.000.

Photo by Dicky Juanda

Apakah dana sebesar itu cukup untuk mengobati tumor seganas ini? Enam bulan adalah jangka waktu yang sangat singkat untuk sebuah penyakit kronis. Tumor yang diderita Kholid tergolong sangat ganas dan merenggut masa kecil indahnya.

Pemerintah daerah sudahlah terlena dengan kekuasaan mereka. Bagaimana dengan asuransi jaminan sosial (kesehatan) masyarakat miskin? Pemerintah Indonesia sangat mengagung-agungkan kartu jaminan sosial ini. Sebat saja BPJS yang disosialisasikan “harus” didaftar dengan segera oleh masyarakat miskin. Apakah kartu sakti ini memberi jaminan penuh terhadap masyarakat miskin? Kholid salah satu contoh yang dilempar sana-sini di rumah sakit umum pemerintah. Kholid (orang tua Kholid) tidak akan sanggup merujuk anaknya ke rumah sakit swasta yang notabene membutuhkan biaya besar.

Bagi saya, keprihatinan pemerintah sudahlah teramat lambat. Derita Kholid sudah dibaca banyak orang, sudah ditonton banyak orang, sudah ditolong oleh masyarakat yang tidak berwenang melalui penggalangan dana. Nasib Kholid sudah tak setimpal dengan pejabat yang datang menjenguknya kini. Kholid (bersama orang tua) pernah meminta pertolongan saat tumornya belum sebesar ini. Rasa sakit Kholid sudah tak terkira. Tumor ini semakin bertambah besar. Kholid sangat butuh pertolongan nyata. Apapun itu. Bocah ini tak akan mampu mendefisinikan rasa sakit dalam kata-kata terlalu panjang.

Harapan saya, siapapun yang membaca ini, marilah kita berdoa, pada bocah ini, pada siapapun yang sedang sakit. Bahwa, kita tak pernah sendiri, kita tak boleh berhenti berdoa.

Tuhan selalu menyayangi umatnya, bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun