Oleh : Maryani Hadiriyanto, S.Pd
Ketahanan bahasa Indonesia diuji di era globalisasi ini karena mulai menurunnya kecintaan dan kebanggaan masyarakat berbahasa persatuan di negeri ini. Karena itu, bahasa Indonesia memang harus dikembangkan dan diaktualisasikan dengan perkembangan global saat ini. Pemakaian bahasa asing memang akhirnya populer, sampai tempat makam saja terasa keren dengan nama keinggris-inggrisan. Dalam kondisi seperti ini, jika bahasa Indonesia mau populer, harus terus dikedepankan dengan kata-kata yang padanannya tidak kalah keren dengan bahasa asing. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus secara nyata dicontohkan dari keteladanan pemimpin di negeri ini.
Sikap dan kecintaan generasi muda, termasuk pelajar dan mahasiswa, terhadap bahasa nasional seolah-olah sedang menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan sikap dan semangat generasi muda menjelang dan awal kemerdekaan. Ketika itu, generasi muda memandang bahwa bahasa Indonesia merupakan alat yang sangat penting dalam mencapai persatuan Indonesia dalam rangka meraih kemerdekaan. Sedangkan kondisi sekarang, bahasa Indonesia tak lebih dari sekadar sebagai alat komunikasi. Banyak pihak mengakui bahasa Indonesia sebagai lambang dan identitas bangsa belum secara nyata dapat dijadikan sebagai perekat kesatuan dan persatuan nasional.
Bahasa adalah jantung kebudayaan karena itu, merawat bahasa Indonesia merupakan sebuah keharusan bangsa Indonesia. Jika tidak, kebudayaan akan lemah dan tak punya arah. Bahasa Indonesia amat kaya dengan berbagai ungkapan dan petuah luhur yang tetap aktual serta relevan dengan kondisi keindonesiaan. Bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia atau alat untuk menyampaikan gagasan yang mendukung pembangunan Indonesia atau pengungkap pikiran, sikap, dan nilai-nilai yang berada dalam bingkai keindonesiaan. Bahasa Indonesia juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi politik, sosial, dan budaya yang selanjutnya akan memberi sumbangan yang signifikan untuk membangun paradigma baru pembangunan yang berjiwa Indonesia.
Pemakaian bahasa Indonesia mulai mengalami kelunturan.Generasi muda seolah kehilangan kepercayaan diri apabila tidak menggunakan istilah asing dalam setiap percakapan maupun tulisan. Padahal, bahasa Indonesia memiliki filosofi luar biasa bukan sekadar sarana berkomunikasi, tetapi menyangkut jiwa bangsa Indonesia. Krisis berbahasa Indonesia pada orang muda tidak terlepas dari sistem pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah maupun kampus lebih cenderung mengarah pada pengajaran tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedangkan sisi filosofis bahasa Indonesia makin jarang dipelajari, karena itu pula bahasa Indonesia mengalami kelunturan. Anak-anak muda sekarang kelihatan percaya diri kalau mampu bicara bahasa Inggris atau menyelipkan kata-kata asing dalam percakapan dan tulisannya. Sebaliknya saat mereka kaku berbahasa Indonesia, bukan karena bahasa Indonesianya, tetapi pemahaman yang minim.
Kini tiba saatnya, bahasa Indonesia harus mampu mengembangkan peran sebagai media membangun karakter bangsa demi meningkatkan martabat bangsa Indonesia dalam pergaulan lintas bangsa di dunia yang semakin mengglobal. Dalam konteks pembangunan karakter bangsa, posisi generasi muda sangat strategis karena mereka yang akan mengemban estafet kepemimpinan bangsa pada masa kini dan masa depan.