Â
Menumbuhkembangkan kemampuan pelajar sejak dini menceritakan kembali apa yang sudah dibacanya sangatlah penting. Dengan menceritakan kembali melalui bertutur pelajar akan semakin memahami apa yang dibacanya. Selain itu, pelajar bisa mengambil hikmah dari cerita yang disampaikannya.
Itulah yang terlihat dari peserta Lomba Bertutur tingkat SD/MI se-Kota Pariaman tahun 2025 yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pariaman yang berlangsung Selasa hingga Kamis (20-22/5/2025) di aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pariaman jalan By Pass Kota Pariaman. Peserta yang sudah tampil menuturkan cerita-cerita rakyat yang sudah akrab bagi masyarakat di Sumatera Barat. Yakni cerita legenda Malin Kundang, Sabai Nan Aluih, Siti Baheram dan asal usul Minangkabau.
Lomba Bertutur yang dibuka Walikota  Pariaman diwakili Staf Ahli Sadrianto, dengan dewan juri Armaidi Tanjung, S.Sos, M.A, Dewi Kumala S.PdI, M.Pd dan Arisma Agus, S,Pd. Turut melaporkan kegiatan Lomba Bertutur Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pariaman Muhammad Syukri SE., M.Si.
Sebelum menutup tuturannya, peserta menyampaikan  hikmah dari kisah yang dituturkan. Seperti kisah legenda Malin Kundang, antara lain hikmah yang bisa dipetik adalah tidak boleh melawan, membentak apalagi sampai tidak mengakui ibu kandung sendiri hanya gara-gara ibunya hidup miskin. Kesombongan yang disebabkan banyak harta, memiliki kekayaan yang berlimpah, tidak ada artinya  jika melawan kepada orang tua.
Namun di sisi lain, Malin Kundang kecil memiliki tekad untuk merubah nasibnya yang miskin ketika tinggal bersama ibunya. Malin kundang berani merantau, Â bekerja keras, tekun sehingga dari anak buah kapal, menjadi nahkoda kapal yang disegani. Walaupun akhirnya kesuksesan dan kekayaan membawa dirinya sombong, sampai-sampai tidak mengakui ibu kandung sendiri. Tragisnya, Malin Kundang dikutuk sang ibu menjadi batu.
Begitu pula kisah Sabai Nan Aluih, seorang perempuan pemberani yag membalas kematian ayahnya. Sedangkan kisah Siti Baheram, dituturkan si Joki seorang anak manja yang belakangan suka berjudi. Kemudian membunuh Siti Baheram yang sebelumnya pernah menolongnya. Si Joki ditangkap petugas di tengah berlangsungnya pacu kuda di Bukittinggi, lalu mengakui membunuh Siti Baheram dan dihukum gantung. Hikmahnya, tidak boleh bermanja-manja semata yang membuat diri malas belajar dan bekerja. Kemudian judi sudah menjerumuskan Joki untuk melakukan tindakan sangat tercela.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI