Â
Ada beberapa hal yang dapat kita lihat dari perikop ini. Pertama, terdapat sebuah cerita tentang mujizat yang dilakukan Yesus. Kedua, sebuah kesaksian yang dilakukan oleh orang yang sakit. Dan terakhir, sebuah pernyataan Yesus yang meluruskan tentang hari budaya orang Yahudi tentang hari Sabat. Tetapi poin utama yang ingin di tekankan oleh penulis sepertinya adalah sebuah Penyembuhan yang dilakukan Yesus pada hari Sabat.
Orang Yahudi telah menyalahartikan hari Sabat. Orang Yahudi menambahkan banyak peraturan tentang Sabat yang pada awalnya tidak demikian, lalu akhirnya menyusahkan mereka sendiri. Padahal sebenarnya Sabat diadakan bukan untuk menyusahkan, tetapi agar menjadi berkat.
Sabat diciptakan Allah supaya manusia saling menjadi berkat bagi sesama. Orang-orang Yahudi yang geram terhadap perbuatan Yesus tidak bisa melihat dan memahami perkataanNya yang terakhir Yaitu "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga". Perkataan Yesus ini sesungguhnya adalah sebuah konfirmasi bahwa Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Sehingga secara logika Yesus bebas untuk melakukan aksiNya (ay 7). Terlebih, apa yang dilakukan Yesus adalah perbuatan yang tidak mencelakakan orang.
Jangan pernah kehilangan harapan atas penderitaan yang sedang kita alami. Seperti seorang yang sakit ini selama 38 tahun ia terus datang ke kolam tersebut untuk kesembuhannya hingga akhirnya ia bertemu dengan Yesus dan mendapat kesembuhannya. Kesembuhan yang dari Yesus menjadi sebuah sebuah sukacita yang patut untuk dinanti-nantikan.Â
Sering kali Yesus menyembuhkan sebagai tanggapan terhadap iman seseorang. Akan tetapi, dalam kasus ini Yesus menyembuhkan tanpa ada unsur iman; Ia hanya berkata dan orang itu sembuh. Yesus melihat kesungguhan orang tersebut selama 38 tahun yang terus menanti tanpa lelah untuk sebuah kesembuhan. Namun, diakhir kita tetap melihat iman orang tersebut menyembuhkannya saat Yesus meminta orang tersebut untuk mengangkat tilamnya.
Yesus menuntut agar semua orang yang percaya kepada-Nya untuk berhenti berbuat dosa. Sekalipun orang yang benar-benar percaya itu tidak sempurna dan kadang-kadang bisa gagal, ia akan mengabdi kepada Kristus sehingga, melalui kuasa Roh Kudus, dosa tidak lagi akan menjadi sifat khas kehidupan mereka. Natur mereka berubah dari terbiasa berbuat dosa menjadi tidak terbiasa berbuat dosa.
Hari Sabat memang merupakan hari istirahat tetapi, bukan hari untuk bermalas-malasan. Hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan seseorang harus tetap di jalankan sebagaimana mestinya. Sama seperti Tuhan yang terus bekerja setiap hari hingga saat ini. Yaitu mendengar, mengabulkan doa kita, melindungi menjaga, membimbing hingga menyiapkan tempat kita di sorga. |Â BPA