Buffalo Boys (2018) merupakan film yang mengangkat cerita sejarah Indonesia pada masa dahulu dengan gaya klasik yang ada dalam setiap adegan tersebut yang ada mengangkat cowboy western di dalamnya.
Film Buffalo Boys besutan dari sutradara Mike Wiluan ini menceritakan tentang perjuangan dua orang saudara kakak beradik dalam membalaskan dendam ayah mereka, Hamza seorang sultan yang telah lama diasingkan di Amerika selama bertahun-tahun.
Mulanya, pada tahun 1860 Van Trach kolonial Belanda yang berusaha memaksa bernegosiasi damai dengan sultan pemberontak yang terakhir. Dan barang siapa yang menolak tawaran Van Trach, maka mereka akan dibunuh.
Sultan Hamza dan adiknya Arana berperang melawan Van Trach dan semua pasukannya demi mendapatkan keadilan. Namun, Arana adik sultan Hamza disuruh untuk pergi ke tanah airnya dengan membawa dua anak dari sultan Hamza yaitu Jamar dan Suwo yang masih kecil. Sultan Hamza yang berjuang sendiri melawan Van Trach akhirnya meninggal dunia karena diserang secara mendadak oleh Van Trach yang jahat.
Kisah dalam film Buffalo Boys dimainkan di lokasi American West. Dua tokoh protagonis Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso) baru selesai bekerja dengan pamannya di Transcontinental Railroad. Setelah selesai bekerja disana, mereka memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Dalam perjalanan menuju Indonesia menggunakan kereta api, mereka bertarung dengan sekelompok gangster kulit putih.
Nasionalisme dan SARA
Hidup pada zaman dahulu tentu orang-orang tidak lepas dari orang-orang yang menjajah negerinya. Dalam film Buffalo Boys ini terdapat setiap adegan yang memiliki unsur rasis yang dilakukan oleh orang-orang kolonial Belanda.
Sri (Mikha Tambayong) anak dari kepala desa Sakar (Donny Damara) disandra oleh anak buah dari Van Trach dan disiksa bahkan hampir di perkosa oleh orang-orang itu. Tetapi dengan kedatangan Arana, Jamar dan Suwo, mereka merasa ada hal yang aneh ketika mau memasuki kampung tersebut. Lalu, mereka bertarung melawan orang-orang yang mau memperkosa Sri dan membebaskannya lalu kembali dengan ayahnya.
Kemudian Arana dan dua orang bersaudara tersebut dibawa ke kampung kecil Sri dan mereka bertemu dengan orang-orang baru disana. Kedatangan mereka pertama kali tidak disambut dengan senang hati oleh Sakar kepala desa tersebut. Namun, setelah mendengar penjelasan dari Sri dan Suroyo paman Sri, Sakar lalu memperbolehkan mereka untuk tinggal sementara disini.