Mohon tunggu...
Badrul Arifin
Badrul Arifin Mohon Tunggu... Guru - Santri

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid dan Perang Kepentingan

30 Mei 2020   10:37 Diperbarui: 30 Mei 2020   11:17 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana tidak terkejut dan miris melihat kejadian akhir-akhir ini, masjid yang seharusnya dihormati dan dimuliakan malah menjadikan ajang pelampiasan nafsu. Bagaimana mungkin bisa dibenarkan jika hanya karena beda pandangan justru masjid menjadi korban perusakan. Pertanyaanya, mengapa hal terebut sampai terjadi?

Apapun alasanya, perusakan masjid adalah pelanggaran atas nilai-nilai agama itu sendiri, kalau yang merusak bukan seorang Muslim mungkin masih bisa dimaklumi, meski dalam tarap yang lebih rendah. Namun, realitas yang terjadi benar-benar ironi, orang yang mengaku taat dalam beragama, tapi sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai agama itu sendiri.

Ada banyak sebab mengapa perusakan masjid sempai terjadi di Indonesia, sebagaimana yang pernah terjadi di Pakistan, India, atapun Palestina. Diantaranya adalah:

  • Ketidak pedulian tokoh masyarakat dalam memahami perkembangan issu yang ada di sekitarnya.
  • Kurangnya kepekaan tokoh masyarakat untuk memberikan solusi terbaik bagi masyarakatnya.
  • Cara pandang tokoh masyarakat yang salah dalam memahami setiap permasalahan.
  • Krisis eksistensi dan keyakinan pada diri masyarakat karena tidak adanya pendidikan yang memadai dalam mengasah tingkat kecerdasan dan jiwa mereka.

Seharusnya, masjid berfungsi sebagai tolak ukur perkembangan peradaban Islam, sebegaimana ketika masa Rasullullah saw. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, melainkan sebagai tempat diskusi, halaqah, musyawarah, mengatus strategi perang, tempat perekonomian, ataupun tempat keluarnya beragam keputusan hukum.

Namun sekarang, masjid tak ubahnya seperti taman wisata yang hanya ramai jika diadakan acara seperti pengajian akbar, ataupun yang lain. Lebih parah lagi, tidak sedikit masjid yang menjadi ajang perebutan kepentingan golongan, masjid telah diklaim sebagai masjid kelompok tertentu, bahkan mulai dari mustaka, struktur bangunan, sampai warna tembok pun harus menyimbolkan golongan mana yang memilikinya.

Untuk mengurai problematika di atas, setidaknya ada empat hal penting untuk diperhatikan, yaitu:

  • Masjid tidak diperuntukkan hanya untuk perorangan ataupun golongan. Setiap orang yang beriman kepada Allah swt. berhak atas setiap masjid yang ada di bumi, terlepas seperti apa pun cara mereka menyembah dan beribadah kepada-Nya.
  • Masjid bukan untuk mengeluarkan klaim pembenaran sepihak, ataupun merendahkan martabat orang lain.
  • Masjid adalah rumah Allah swt. siapa pun berhak menggunakanya untuk beribadah. Jika ada sekelompok orang atau golongan yang menganggap bahwa masjid ini adalah hanya milik mereka maka, sebenarnya mereka telah merampas seluruh hak makhluk hidup yang melakukan peribadatan kepada sang pencipta.
  • Masjid harus berfungsi untuk melindungi mereka-mereka yang terzalimi, bukan malah sebaliknya, masjid malah digunakan untuk menzalimi sesama dan menghakimi tanpa proses hukum yang semestinya.

Allah swt. telah memberi peringatan kepada kita dalam surat At-Taubah ayat 107:

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًۢا بَيْنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّا ٱلْحُسْنَىٰ ۖ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَٰذِبُونَ

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).

Semoga ke depan, semangat beragama tidak memberangus keberagaman dalam beragama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun