Mohon tunggu...
ayub badrin
ayub badrin Mohon Tunggu... Penulis - Ayub Badrin seorang jurnalis

Selain menggeluti dunia Teater saya juga aktif di media masa lokal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Amir Arsyad Nasution

15 Oktober 2019   16:43 Diperbarui: 15 Oktober 2019   16:51 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
medanbisnisdaily.com

Raja Pantun Itu Telah Wafat

Kota Medan lagi-lagi berduka. Setelah berpulangnya Chairuddin Dahlan alias Tok Uddin, seorang maestro Gendang Melayu beberapa waktu lalu, kini Amir Arsyad Nasution, Raja Pantun Melayu dari Medan. Seorang Mandailing yang menyintai Budaya Melayu.

Siapa yang tak mengenal Amir Arsyad Masution. MC kondang tanah air yang menjadikan pantun spontanitas sebagai guyonan segar saat membawa acara. Bahkan sekelas Gubernur Sumut, Syamsul Arifin pun bisa tergelak-gelak mendengar pantun yang begitu saja keluar dari bibir Bang Amir (begitu dia disapa).

Terakhir Bang Amir memang (maaf) terserang strook. Itu sekitar setahun yang lalu. Tetapi lihatlah cintanya pada Pak Pong Medan. Pak Pong adalah seni Ronggeng Melayu Deli. Belakangan Pak Pong oleh Rizaldi Siagian direvitalisasi oleh penggiat seni tradisi, Rizaldi Siagian, Tatan Dhaniel, Retno Ayumi dan Amir Arsyad. Lahirlah Ronggeng Deli di Jakarta.

Mereka berempat ini mempunyai cita-cita agar Ronggeng dapat subur kembali. Sebab seperti kata Rizaldi Siagian seniman musik dan guru besar musik yang menetap di Jakarta ini, Ronggeng adalah seni tradisi Melayu yang cerdas dan tak boleh punah.

Maka dibidanilah Pak Pong Medan. Amir Arsyadlah menjadi motor penggerak seni joget Melayu bebas sopan ini. Kemudian muncullah tokoh-tokoh seni tradisi yang kebetulan hampir kebanyakan bermarga Nasution semisal Munir Nasution, Syaiful Amri Nasution plus, Syarial Felani atau yang dikenal Mak Yal dan Retno Ayumi.

Tak disangka Pakpong Medan berjalan setahun, Bang Amir tiba-tiba terdengar terserang stroke. Tetapi tidak parah. Dia mengeluh hanya agak sulit melihat dan agak sulit juga berjalan. Tetapi yang membuat kita kagum kepadanya, Bang Amir hampir tak terlihat kesulitan.

Lelaki yang juga pelukis ini, tetap semangat. Tetap hadir jika Pakpong yang main setiap malam Sabtu di minggu ke dua itu. Meski jalannya semakin tertatih-tatih. Meski hidupnya semakin buram, seburam pandangan matanya.

Belum lagi habis rasa sesak dada kita melihat kondisinya yang begitu, tiba-tiba Kamis (10/10/2019) lalu, kita dikejutkan dengan kabar dukacita itu. Bahwa sang seniman penjaga dan pewaris tradisi Pantun Melayu ini telah berpulang ke rahmatullah. Kita pun tertunduk. Benar-benar tertunduk.

Ketua Dewan Kesenian Medan, Rianto SH atau Anto Genk mengaku sangat kehilangan sahabat. Amir baginya adalah sosok pembawa keharuman Kota Medan lewat kepiawaiannya berpantun.

"Saya walau orang Jawa tetapi sangat mengagumi Bang Amir. Sebab dia itu bukan Orang Melayu. Dia justru bermarga Nasution, tetapi kok bisa menjadi raja pantun, itu satu. Yang kedua, Bang Amir bisa berpantun dengan cepat seperti tanpa mikir-mikir. Melihat orang, langsung keluar pantunnya. Pantunnya itu, segar dan lucu. Jadi orang pasti tertawa mendengar pantunnya," ujar Anto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun