Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengamen, Oh Pengamen...

8 Februari 2017   07:48 Diperbarui: 10 Februari 2017   10:54 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksikartunmania.blogspot.co.id

Sebagai seorang komuter Tangerang – Jakarta, saya sering menggunakan transportasi bus.  Banyak suka dan dukanya, seperti kecopetan, AC bus yang mati, penuh sesak, kemacetan, dan pengamen.   Keberadaan pengamen ini kadang menyenangkan, kadang menghibur, kadang menjengkelkan, dan kadang mencekam.  Lho kok bisa?

Pengamen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penari, penyanyi, atau pemain musik yang tidak tetap tempat pertunjukannya, biasanya mengadakan pertunjukan di tempat umum dengan berpindah-pindah.

Untuk pengamen, saya mau berbagi sedikit pengalaman.  

Dari segi usia, mereka berasal dari beragam generasi.   Ada yang balita, remaja, bahkan orang tua.   Lucunya pernah bus berhenti mendadak di jalan untuk mengangkut seorang ibu yang terlihat perlente dari pinggir jalan.   Ibu tadi memang melambaikan tangan ke supir.   Waktu mau diminta bayaran, dia malah sewot.

“Saya mau ngamen kok!”

Supir dan kenek saling berpadangan dan tertawa.  “Wah dikirain sewa, Jang.  Kalau tahu begitu tadi tidak usah diangkut.”

Memang si Ibu terlihat rapi seperti mau arisan, ternyata mau mengamen.

Cara meminta saweran penumpang juga bermacam-macam.  Ada yang langsung mengadahkan tangan.  Ada yang pakai kantong plastik.   Ada juga yang pakai korang yang digulung.   Bahkan ada juga yang langsung minta saweran di dompet mereka.

Meminta saweran ada yang sopan, ada juga yang memaksa.  Kadang kami dituduh pura-pura baca koran, pura-pura baca sms, pura-pura tidur.  “Semoga yang pura-pura tidur, nanti tidur benaran.”  Bagus juga kalau tidur benaran, cape juga duduk di bus yang terjebak dalam kemacetan.

“Karena yang ngasih cuma sedikit, maka saya akan mengamen lagi!” umpat seorang pengamen.  Ia tak puas dengan hasil saweran yang didapat.   Lha, nyanyi juga tidak enak.    Penumpang dipaksa untuk mendengarkan pengamen itu menyanyi.  Hasilnya, masih ada yang memberinya saweran tetapi tak banyak.   Syukurlah, dia tidak mengamen untuk yang ketiga kalinya.

Pengamen pun ada banyak tipenya.   Ada yang benar-benar bisa menyanyi, ada yang fals, dan ada yang benar-benar tidak bisa menyanyi.    Biasanya pengamen yang pandai menyanyi, uang sawerannya banyak.   Penggemarnya pun banyak.    Mereka tak segan-segan memberi lebih, bahkan request lagu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun